Baca Juga: Jadwal Pemadaman Listrik Bekasi Hari ini, Senin 14 September 2020
Awal bulan ini, kedua kandidat mengunjungi Kenosha, Wisconsin, negara bagian yang menjadi medan pertempuran pemilihan Presiden AS dan juga tempat terjadinya kerusuhan akibat adanya tindakan rasisme dari petugas polisi kepada pria kulit hitam, Jacob Blake.
Dalam kunjungannya, Joe Biden berbicara di sebuah gereja lokal di Kenosha, setelah pertemuan pribadi dengan Jacob Blake dan keluarganya. Joe Biden mengatakan, kejadian saat ini akan membantu orang Amerika menghadapi rasisme sistemik selama berabad-abad.
Sedangkan Donald Trump, jangankan berbicara menyebut nama Jacob Blake, dia bahkan menolak untuk mengakui rasisme sistemik dan malah mengecam para pengunjuk rasa, lalu menawarkan dukungan tegasnya kepada penegak hukum.
Sejak tahun 1960, sejumlah data menunjukkan bahwa pemilih kulit hitam sangat mendukung Partai Demokrat, ketika partai tersebut mengeluarkan undang-undang hak-hak sipil yang melarang pengasingan rasial dan melarang diskriminasi rasial dalam pemungutan suara.
Baca Juga: Diserang Menteri Jokowi, Doni Monardo Balik Badan: Anies Baswedan Tepat, PSBB Tak Pernah Dicabut
Tetapi jumlah pemilih kulit hitam, yang mulanya meningkat pada pemilihan 2008 dan 2012 ketika Barack Obama terpilih sebagai Presiden AS kulit hitam pertama, kini kembali menurun sejak pemilihan 2016 ketika Hillary Clinton menjadi calon presiden dari Partai Demokrat.
Lebih dalam lagi, ada peningkatan tingkat sinisme di antara pemilih kulit hitam. Hal tersebut merujuk dari turunnya suara yang diperoleh Hillary Clinton dari pemilih kulit hitam saat melawan Donald Trump pada pemilihan 2016.
Maka dari itu, saat ini Donald Trump tengah berupaya keras untuk menarik pemilih kulit hitam karena di pemilihan 2016, dirinya mendapat 8 persen suara dari warga kulit hitam.
Dan menurut jajak pendapat baru-baru ini, 13 persen pemilih kulit hitam mengatakan mereka berencana untuk memilih Donald Trump kembali pada pemilihan tahun ini.