Baca Juga: Buat Kerumunan Massa, Muhammadiyah Minta Satgas Covid-19 Tindak Tegas Habib Rizieq
Akhirnya dia pun mengetahui bahwa prosedur pembedahan untuk mengikat tuba falopi telah dijamin haknya oleh negara sejak tahun 2006.
Ailin pun terus berusaha mencari dokter lain hingga akhirnya berhasil melakukan prosedur pembedahan tersebut.
Meski pemikirannya itu dinilai kontroversial, Ailin justru menilai bahwa pemikirannya itu wajar.
"Seperti bagi sebagian orang bahwa keinginan menjadi ibu itu wajar, bagi saya rasanya wajar untuk tidak menjadi ibu. Tuba falopi saya diikat karena saya tidak ingin punya anak, tidak sekarang atau selamanya," kata Ailin.
Baca Juga: Pertanyakan Alasan Hakim MK Aktif Terima Bintang Mahaputera, Refly Harun: Tidak Habis Pikir Saya
Menurut Ailin, sejak taman kanak-kanak, seorang anak perempuan telah dididik untuk peduli dan bersifat keibuan.
Sehingga, dirinya menilai bahwa keinginan menjadi orang tua bukanlah sesuatu yang natural, tapi karena dorongan kultural.
"Saya yakin sekali, maternitas itu bukan sesuatu yang natural, tapi kultural. Ada banyak orang yang tidak pernah mempertanyakan masalah menjadi orang tua atau tidak. Mereka mengikuti anggapan bahwa wanita harus bereproduksi untuk sebagian besar dunia. Dengan kata lain, jika Anda memiliki rahim, Anda harus melahirkan, itu adalah takdir Anda," kata Ailin.
Ailin juga mengatakan bahwa dia menyadari keinginannya untuk tidak pernah memiliki anak, sejak dia masuk sekolah menengah, dan seiring berjalannya waktu, keinginannya itu berubah menjadi sebuah keputusan yang tegas.