PM Armenia Lolos dari Percobaan Pembunuhan Setelah Mengaku Kalah Perang dari Azerbaijan

- 15 November 2020, 10:32 WIB
Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan.
Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan. /Kantor Perdana Menteri Armenia/

Dia mengatakan bertanggung jawab atas sikap yang dilakukan olehnya terhadap nama baik bangsa Armenia,namun dirinya menolak seruan untuk mengundurkan diri PM Armenia.

Gencatan senjata tersebut menghentikan perang di wilayah Nagorno-Karabakh, yang diakui secara internasional sebagai daerah milik Azerbaijan akan tetapi dihuni oleh etnis Armenia.

Baca Juga: Pengamat Senior BEI Optimistis 2021 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bertumbuh Lebih Tinggi

Pada hari Sabtu, penduduk etnis Armenia di Nagorno-Karabakh telah membakar rumah mereka sebelum melarikan diri ke Armenia pada malam sebelum tenggat waktu yang akan membuat sebagian wilayah diserahkan kembali ke Azerbaijan sebagai bagian dari gencatan senjata.

Berdasarkan perjanjian tersebut, 2.000 pasukan penjaga perdamaian Rusia sedang dikerahkan ke wilayah tersebut.

Sejak awal 1990-an, etnis Armenia telah memegang kendali militer atas seluruh Nagorno-Karabakh dan sebagian besar wilayah Azerbaijan di sekitarnya.

Baca Juga: Agar Tercipta Kerukunan dan Persatuan, MPR Minta Pelurusan Islamofobia dan Indonesiafobia

Karena gencatan senjata tersebut, warga etnis Armenia di Nagorno-Karabakh sekarang telah kehilangan sebagian tempat tinggalnya dan memilih hijrah ke negara Armenia.

Armenia mengumumkan pada Sabtu bahwa sebanyak 2.317 prajuritnya telah tewas dalam konflik tersebut, yang memaksa ribuan orang mengungsi dari rumah mereka.

Berbanding terbalik dengan Armenia, sampai berita ini diturunkan Azerbaijan belum mengumumkan jumlah prajuritnya yang tewas dalam konflik tersebut.***

Halaman:

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x