PIKIRAN RAKYAT - SAWAL Jagur (50) sedikit bergegas masuk ke rumah. Dia tampak antusias ketika Pikiran Rakyat menanyakan kiprahnya sebagai seniman topeng Bekasi.
Sekembalinya dari dalam rumah, dia membawa sekantong plastik berwarna hitam, lalu mengeluarkan benda di dalamnya.
”Nah ini Si Jantuk. Awalnya dari sini,” kata Sawal saat ditemui di rumah sekaligus sanggar miliknya di Kampung Pangkalangan, Desa Kedungpengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jumat 10 Januari 2020.
Meski terampil juga sebagai dalang, Sawal lebih dikenal sebagai seniman topeng. Sawal Topeng, begitu banyak orang memanggilnya.
Baca Juga: Begal Payudara di Bekasi dan Logika Berita Ngawur di Baliknya
Baca Juga: Mengenal Sejarah Singkat Julukan Bekasi sebagai Kota Patriot
Topeng menjadi salah satu kesenian khas Bekasi, baik kota maupun kabupaten.
Meski bernama topeng, tidak jarang ketika tampil kesenian ini justru tidak mengenakan topeng.
Maka tak heran jika para seniman, termasuk Sawal, hanya punya satu buah topeng. Namanya Topeng Si Jantuk.
Baca Juga: Catat Nomor-nomor Penting Pemerintah Kota Bekasi yang Dapat Dipakai saat Darurat
Topeng merupakan kesenian yang dikolaborasikan antara Sunda dan Betawi.
Tidak heran, saat ditampilkan, topeng Bekasi mirip dengan lenong Betawi, tetapi dengan susunan penampilan yang terbilang lengkap.
Topeng biasanya diawali dengan musik dari gamelan serta nyanyian yang dibawakan sinden.
Tidak lama berselang, muncul setidaknya tiga orang penari yang melenggak-lenggok mengikuti irama musik.
Mereka membawakan tarian blantek yang khas dengan hiasan di kepala.
Dalam beberapa kesempatan, para penari ini terkadang menggunakan topeng.
Itulah mengapa banyak orang beranggapan bahwa topeng Bekasi merupakan tarian yang menggunakan topeng.
”Padahal bukan. Tari topeng itu pengembangan dari topeng Bekasi. Justru yang topengnya itu yang bobodoran-nya, yang lawaknya,” ucap Sawal.
Selepas penampilan para penari, pertunjukan utama pun dimulai yakni topeng Bekasi. Kesenian ini menyerupai kisah sandiwara yang lebih kental dengan humor.
Sepanjang pertunjukan yang biasanya memakan waktu 2-3 jam, para penampil terus mengocok perut para penonton.
Lantaran kental dengan budaya Betawi, lawakan yang disajikan pun biasanya disisipi saling mencela antara para pemain.
Kemudian di setiap penampilan, selalu ada tokoh bapak-bapak yang mengenakan pakaian layaknya anak-anak.
Mereka mengenakan sarung dan kupluk, terkadang menentang dot, dan tokoh ini yang kerap menjadi objek celaan.
Meski begitu, seluruh celaan tidak dimaksudkan untuk merendahkan namun hanya untuk memberi hiburan bagi para penonton.
Kendati lebih banyak menggunakan bahasa Betawi, topeng Bekasi kerap menyisipkan bahasa Sunda meski dengan logat Karawang.
Kisah si Jantuk, Cepot ala Bekasi
Sawal mengatakan, saat ini topeng Bekasi lebih berkembang dengan cerita beragam. Namun, pada awalnya topeng Bekasi hanya menceritakan tokoh bernama Si Jantuk.
”Si Jantuk boleh dibilang tokoh utama dari topeng. Kalau wayang golek mah mungkin seperti Si Cepot. Dia yang paling terkenal,” ucap Sawal.
Sesuai dengan karakternya, Si Jantuk digambar sebagai tokoh yang sederhana, nakal namun baik hati serta jenaka.
Hanya, wajahnya tidak tampan. Itulah sebabnya topeng Si Jantuk ini diberi warna hitam dengan barisan gigi seri yang agak maju ke depan.
Lakon ini mengisahkan Jantuk yang harus berpisah dengan istrinya. Penyebabnya, sang istri cemburu karena Jantuk terlihat lebih menyayangi kucing daripada dirinya.
Kecemburuan pun memuncak tatkala mereka makan bersama. Jantuk lebih memilih memberikan kepala ikan asin peda ke si kucing daripada untuk istrinya.
Sang istri yang cemburu makin panas karena orangtuanya yang jadi provokator.
Mereka pun berpisah dan Jantuk kemudian berkelana mencari jati diri sebelumnya bertemu seorang sahabatnya.
Mendengar kisah pilu Si Jantuk yang terpaksa berpisah dengan istrinya, sang sahabat lantas berusaha mengenalkan dia dengan seorang wanita.
”Ternyata perempuan yang dikenalin itu istrinya sendiri yang kemarin terpaksa pisah. Sudah begitu kisahnya. Singkat,” ucap Sawal.
Kendati jalan ceritanya terbilang singkat, penampilan topeng Bekasi bisa mencapai dua hingga tiga jam. Banyaknya gimik yang disajikan membuat durasinya panjangnya.
”Soalnya itu (gimik) yang disukai. Terus ke sininya ada pembaruan terus, jadi banyak tokoh. Padahal awalnya mah cuma empat orang, Si Jantuk, istrinya, mertuanya, sama temannya,” ucapnya.
Dengan lakon Si Jantuk ini, Sawal mengaku sudah memainkan topeng hingga lebih dari 30 tahun. Bahkan, lakon tersebut sempat dikontrak TVRI pada 2013.
Selain itu, dia mengaku sempat berkeliling ke berbagai kota untuk memainkan topeng Bekasi.***