Mengenal KH Noer Ali, Ulama Kharismatik yang Garang di Medan Perang

29 Januari 2020, 18:30 WIB
K.H Noer Ali sang "singa" Karawang-Bekasi.* /indonesia.go.id/

PIKIRAN RAKYAT - Bekasi dijuluki sebagai Kota Patriot. Penamaan tersebut bukan tanpa alasan.

Pasalnya Bekasi telah melahirkan beberapa tokoh gagah berani yang memiliki kecakapan di bidang ilmu serta taktik dalam hal pertempuran.

Dikutip oleh Pikiran-Rakyat.com dari situs resmi Portal Informasi Indonesia, KH Noer Ali, merupakan salah satu tokoh pejuang di Bekasi. Ia dikenal sebagai sosok ulama kharismatik yang menjadi “singa” saat merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah Belanda dan Jepang.

Baca Juga: Polres Metro Bekasi Kembali Ringkus 3 Pengedar Sabu dan Ganja yang Resahkan Warga 

Ia dilahirkan di Babelan, Bekasi pada 15 Juli 1914. Ayahnya bernama Anwar bin Layun serta ibunya bernama Maemunah binti Tarbin.

Wawasan keislaman KH Noer Ali tidak perlu diragukan lagi. Ia telah melanglang buana untuk belajar keislaman kepada para ulama besar di Tanah Air maupun di Mekah.

Saat usia 8 tahun, KH Noer Ali telah belajar mengeja dan membaca bahasa Arab, mengaji, serta menghafal surat-surat dalam Alquran kepada Guru Maksum di Kampung Bulak.

Semakin beranjak dewasa, K.H Noer Ali terus memperdalam ilmu agamanya. Bahkan beliau adalah santri paling cerdas saat berguru di Guru Mughni.

Baca Juga: Gempur Afghanistan sejak 2006, Amerika Serikat Catat Bom Terbanyak Jatuh pada Tahun 2019 

Pada saat terus memperdalam wawasan keislamannya, K.H Noer Ali melihat kondisi langsung kondisi bangsa dan masyarakat, beliau melihat adanya ketimpangan antara ilmu keislaman yang diperolehnya dengan fakta realita.

Adanya kesewenangan tuan tanah ke warga pribumi, kekejian aparat kolonial kala itu, ketidakadilan, maksiat, dan lainnya. Saat itulah semangat cinta tanah air mulai tumbuh dalam diri serta jiwa K.H Noer Ali.

Tahun 1934 K.H Noer Ali memutuskan berangkat ke Mekah untuk kembali meneruskan pencarian ilmu keislamannya.

Dengan niat kepergian beliau ke Mekah, sempat membuat hati Guru K.H Marzuki bimbang. Namun, tekad K.H Noer Ali sudah bulat akhirnya beliau bisa meluluhkan hati sang guru.

Baca Juga: Hari Terakhir Layanan Jemput Bola Disdukcapil Kabupaten Bekasi, Catat Tempat dan Persyaratannya 

Meskipun sedang menimba ilmu di Mekah, Ali muda tetap mengingat bangsanya. Beliau pun terus mencari informasi mengenai kondisi di Indonesia.

Informasi beliau peroleh dari salah satu surat yang dikirimkan orang tuanya serta Koran Arab Saudi. Mendengar kondisi Indonesia pada saat itu, hati dan semangat K.H Noer Ali terus tumbuh untuk membantu memerdekakan Indonesia.

Hingga pada akhirnya, K.H Noer Ali memutuskan membentuk organisasi Persatuan Pelajar Betawi (PPB) bersama rekan lainnya dari Indonesia di Mekah.

Pada tahun 1939 K.H Noer Ali memutuskan pulang ke Indonesia. Lalu tahun 1940, beliau mendirikan pondok pesantren.

Baca Juga: Jokowi Resmikan Terowongan Nanjung di Tengah Kepungan Banjir Kabupaten Bandung 

Dengan kehadiran K.H Noer Ali ke Tanah Air membuat para tuan tanah dan pemerintah kolonial merasa risau.

Sebab seluruh warga dengan sukarela memberikan tanah kepadanya guna pembangunan akses jalan di Ujung Malang, Teluk Pucung, dan Pondok Ungu.

Tahun 1942, nama K.H Noer Ali masuk dalam daftar ulama yang harus bekerja sama dengan penjajah Jepang. Di tahun yang sama, penjajah Jepang memintanya agar bersedia bekerja sama dengan Jepang melalui rekan K.H Noer Ali asal Thailand saat menjadi santri di Mekah.

K.H Noer Ali dengan tegas menolak permintaan Jepang. Ia tak ingin pesantren yang ia dirikan tak terurus dan para santrinya akan terpecah sebab enggan berkompromi dengan penjajah Jepang.

Baca Juga: Tak Kunjung Usai, Pemkab Bekasi Ultimatum Pemkot soal Pemisahan PDAM Tirta Bhagasasi 

Pada masa perebutan kemerdekaan, K.H Noer Ali mempersiapkan para santrinya untuk bergabung ke latihan kemiliteran yang dibentuk oleh Jepang.

Ada pula yang disiapkan ke Pasukan Pembela Tanah Air agar ikut berperang di medan tempur.

KH Noer Ali bukan hanya berdiam diri sebagai ulama. Ia adalah “singa” medan perang dari Indonesia. K.H Noer Ali memimpin laskar-laskar rakyat untuk bertempur merebut kemerdekaan. Bahkan ia pernah menjadi Komandan Bataliyon Tentara Hizbullah Bekasi.

Baca Juga: Viral Video Pencurian Ban Mobil di Mall, Kapolres Metro Bekasi: Kasus ini Baru Pertama Terjadi di Wilayah Kami 

Sejarah mencatat, pada tahun 1947, K.H Noer Ali terlibat pada pertempuran sengit di Karawang-Bekasi dengan tentara penjajah Belanda.

K.H Noer Ali kala itu memerintahkan warga dan pasukannya untuk membuat bendera merah putih ukuran kecil lalu dipasang di setiap pohon dan tiang. Tujuannya untuk mempertegas bahwa Indonesia masih ada dan siap mempertahankan kemerdekaannya.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler