Topeng Bekasi dan Si Jantuk yang Melegenda karena Cerita Seputar Kehidupan Rumah Tangga

- 28 Januari 2020, 11:27 WIB
SAWAL Jagur menunjukkan topeng Bekasi Si Jantuk di kediamannya di Kampung Pangkalan Desa Kedungpengawas Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, Jumat 10 Januari 2020.*
SAWAL Jagur menunjukkan topeng Bekasi Si Jantuk di kediamannya di Kampung Pangkalan Desa Kedungpengawas Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, Jumat 10 Januari 2020.* /TOMMI ANDRYANDY/PR/

PIKIRAN RAKYAT - SAWAL Jagur (50) sedikit bergegas masuk ke rumah. Dia tampak antusias ketika Pikiran Rakyat menanyakan kiprahnya sebagai seniman topeng Bekasi.

Sekembalinya dari dalam rumah, dia membawa sekantong plastik berwarna hitam, lalu ­mengeluarkan benda di dalamnya.

”Nah ini Si Jantuk. Awalnya dari sini,” kata Sawal saat ditemui di rumah sekaligus sanggar miliknya di Kampung Pangkalangan, Desa Kedungpengawas, Kecama­tan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jumat 10 Januari 2020.

Meski terampil juga sebagai dalang, Sawal lebih dikenal sebagai seniman topeng. Sawal Topeng, begitu banyak orang memanggil­nya.

Baca Juga: Begal Payudara di Bekasi dan Logika Berita Ngawur di Baliknya

Baca Juga: Mengenal Sejarah Singkat Julukan Bekasi sebagai Kota Patriot

BUNGA Julia Lestari menunjukkan topeng Bekasi Si Jantuk di kediamannya di Kampung Pangkalan Desa Kedungpengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jumat 10 Januari 2020.*
BUNGA Julia Lestari menunjukkan topeng Bekasi Si Jantuk di kediamannya di Kampung Pangkalan Desa Kedungpengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jumat 10 Januari 2020.*

Topeng menjadi salah satu ke­senian khas Bekasi, baik kota mau­pun kabupaten.

Meski bernama topeng, tidak jarang ketika tampil kesenian ini justru tidak mengenakan topeng.

Maka tak ­heran jika para seniman, termasuk Sawal, hanya punya satu buah topeng. Namanya Topeng Si Jantuk.

Baca Juga: Catat Nomor-nomor Penting Pemerintah Kota Bekasi yang Dapat Dipakai saat Darurat

Topeng merupakan kesenian yang dikolaborasikan antara Sunda dan Betawi.

Tidak heran, saat ditampil­kan, topeng Bekasi mirip dengan le­nong Betawi, tetapi dengan susunan penampilan yang terbilang lengkap.

Topeng biasanya diawali dengan musik dari gamelan serta nyanyian yang dibawakan sinden.

Tidak lama berselang, muncul setidaknya tiga orang penari yang melenggak-lenggok mengikuti irama musik.

Mereka membawakan tarian blantek yang khas ­dengan hiasan di kepala.

SAWAL Jagur menunjukkan topeng Bekasi Si Jantuk di kediamannya di Kampung Pangkalan Desa Kedungpengawas Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, Jumat 10 Januari 2020.*
SAWAL Jagur menunjukkan topeng Bekasi Si Jantuk di kediamannya di Kampung Pangkalan Desa Kedungpengawas Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, Jumat 10 Januari 2020.*

Dalam beberapa kesempatan, para penari ini terkadang meng­gunakan topeng.

Itulah mengapa banyak orang beranggapan bahwa topeng Bekasi merupakan tarian yang menggunakan topeng.

”Padahal bukan. Tari topeng itu pengembangan dari topeng Bekasi. Justru yang topengnya itu yang bobodoran-nya, yang lawaknya,” ucap Sawal.

Selepas penampilan para penari, pertunjukan utama pun di­mulai yakni topeng Bekasi. Kesenian ini menyerupai kisah sandiwara yang lebih kental dengan humor.

Sepanjang pertunjukan yang biasanya memakan waktu 2-3 jam, para penampil terus ­mengocok perut para penonton.

Lantaran kental dengan budaya Betawi, lawakan yang disajikan pun biasanya disisipi saling mencela ­antara para pemain.

Kemudian di setiap penampilan, selalu ada tokoh bapak-bapak yang menge­nakan pakaian layaknya anak-anak.

Mereka mengenakan sarung dan kupluk, terkadang menentang dot, dan tokoh ini yang kerap menjadi objek celaan.

Meski begitu, seluruh celaan tidak dimaksudkan untuk merendahkan namun hanya untuk memberi hi­buran bagi para penonton.

Kendati lebih banyak menggunakan bahasa Betawi, topeng Bekasi kerap menyi­sipkan bahasa Sunda meski dengan logat Karawang.

Kisah si Jantuk, Cepot ala Bekasi

Sawal mengatakan, saat ini to­peng Bekasi lebih berkembang dengan cerita beragam. Namun, pada awalnya topeng Bekasi hanya menceritakan tokoh bernama Si Jantuk.

”Si Jantuk boleh dibilang tokoh utama dari topeng. Kalau wayang golek mah mungkin seperti Si Cepot. Dia yang paling terkenal,” ucap Sawal.

Sesuai dengan karakternya, Si Jantuk digambar sebagai tokoh yang seder­hana, nakal namun baik hati serta jenaka.

Hanya, wajahnya tidak tampan. Itulah sebabnya topeng Si Jantuk ini diberi warna hitam de­ngan barisan gigi seri yang agak maju ke depan.

Lakon ini mengisahkan Jantuk yang harus berpisah dengan istri­nya. Penyebabnya, sang istri cemburu karena Jantuk terlihat lebih menyayangi kucing daripada dirinya.

Kecemburuan pun memun­cak tatkala mereka makan bersama. Jantuk lebih memilih memberikan kepala ikan asin peda ke si kucing daripada untuk istrinya.

Sang istri yang cemburu makin panas karena orangtuanya yang jadi provokator.

Mereka pun berpisah dan Jantuk kemudian ber­kelana mencari jati diri sebelumnya bertemu seorang sahabatnya.

Mendengar kisah pilu Si Jantuk yang terpaksa berpisah dengan istrinya, sang sahabat lantas berusaha mengenalkan dia dengan ­seorang wanita.

”Ternyata perempuan yang dikenalin itu istrinya sendiri yang kemarin terpaksa pisah. Sudah begitu kisahnya. Singkat,” ucap Sawal.

Kendati jalan ceritanya terbilang singkat, penampilan topeng Bekasi bisa mencapai dua hingga tiga jam. Banyaknya gimik yang disajikan membuat durasinya panjangnya.

”Soalnya itu (gimik) yang disukai. Terus ke sininya ada pembaruan terus, jadi banyak tokoh. Padahal awalnya mah cuma empat orang, Si Jantuk, istrinya, mertuanya, sama temannya,” ucapnya.

Dengan lakon Si Jantuk ini, Sawal mengaku sudah memainkan topeng hingga lebih dari 30 tahun. Bahkan, lakon tersebut sempat dikontrak TVRI pada 2013.

Selain itu, dia mengaku sempat berkeliling ke berbagai kota untuk memainkan topeng Bekasi.***

Editor: Yusuf Wijanarko


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x