Soal Isu Kudeta Partai Demokrat, Moeldoko Beri Pesan ke AHY: Jadi Pemimpin Harus Kuat, Jangan Baperan!

2 Februari 2021, 05:50 WIB
Kepala Staf Kantor Kepresidenan (KSP), Moeldoko. /Instagram.com/@dr_moeldoko/

PR BEKASI - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko disebut-sebut sebagai salah satu pihak yang ikut terlibat dalam pengambilalihan paksa kepemimpinan Partai Demokrat.

Tak hanya itu, sejumlah isu menyebut bahwa tindakan Moeldoko itu telah mendapat restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Akibatnya, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengirimkan surat kepada Jokowi untuk meminta klarifikasi terkait isu tersebut.

Baca Juga: Galih Ginanjar Tak Mau Bertemu Dengannya, Barbie Kumalasari Geram: Bukannya Menghargai Orang yang Berjuang Dia

Menanggapi hal itu, Moeldoko mengatakan bahwa awalnya dia ingin diam saja, karena dia merasa tak perlu reaktif dalam menanggapi isu tersebut.

"Sebenarnya saya masih 'diem-diem' aja sih, karena saya tidak perlu reaktif dalam hal ini," kata Moeldoko di Jakarta, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Selasa, 2 Februari 2021.

Namun, karena cukup banyak pertanyaan dari media massa, Moeldoko akhirnya memutuskan menanggapi isu tersebut, dan meminta seluruh pihak untuk tak mengganggu Jokowi.

Baca Juga: Dituduh Jadi Penyebab Retaknya Hubungan Stefan William-Celine Evangelista, Natasha Wilona: Aku Sih Ketawa Aja

"Poin pertama, jangan dikit-dikit Istana. Dalam hal ini saya mengingatkan. Sekali lagi jangan dikit-dikit Istana dan jangan ganggu Pak Jokowi, karena beliau dalam hal ini tidak tahu sama sekali, tidak tahu apa-apa dalam isu ini. Jadi itu urusan saya. Moeldoko ini, bukan selaku KSP. Moeldoko," tuturnya.

Moeldoko mengatakan bahwa beberapa kali banyak tamu yang berdatangan ke kediamannya, dan sebagai mantan Panglima TNI, dia selalu terbuka kepada siapa pun yang ingin bertemu, tanpa memberikan batas.

"Kepada siapa pun, apalagi di rumah ini. Terbuka 24 jam dengan siapa pun. Mereka datang berbondong-bondong, ya kita terima," kata Moeldoko.

Baca Juga: Mayoritas Parpol Tak Mau Revisi UU Pemilu, Jimly Asshiddiqie: Ya Sudahlah, yang Penting Capres 2024 Jangan Dua

Moeldoko tidak menyebutkan siapa yang datang ke kediamannya. Namun diduga, pihak yang sempat datang menemuinya merupakan orang-orang yang disebut AHY sebagai pelaku gerakan pengambilalihan paksa kepemimpinan Partai Demokrat.

Moeldoko mengaku tidak tahu konteks kedatangan orang-orang ke kediamannya. Namun seperti pertemuan dengan pihak lain, Moeldoko mengaku selalu membuka obrolan dengan masalah pertanian.

"Dari obrolan, saya biasa mengawali dari pertanian karena saya memang suka pertanian. Kemudian, mereka 'curhat' situasi yang dihadapi, ya gua dengerin aja. Berikutnya ya udah dengerin aja. Saya sebenarnya prihatin gitu ya dengan situasi itu, karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat," tuturnya.

Baca Juga: Ingatkan Para Pemegang Kekuasaan, SBY: Banyak Cara Berpolitik yang Lebih Bermoral dan Beradab

Kemudian, muncul isu pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat, Moeldoko menduga bahwa itu berawal dari foto-foto dirinya bersama para tamu yang datang ke kediamannya.

"Kemudian muncul isu itu. Mungkin dasarnya foto-foto ya. Orang ada dari Indonesia Timur, dari mana-mana datang ke sini kan kepingin foto sama saya. Ya saya terima aja, apa susahnya," kata Moeldoko.

"Itulah menunjukkan seorang jenderal tidak punya batas dengan siapa pun. Kalau itu menjadi persoalan yang digunjingkan ya silakan saja. Saya tidak keberatan," sambungnya.

Baca Juga: Ketum KNPI Mengaku Diteror Usai Laporkan Abu Janda, Muannas Alaidid: Gua Kagak Percaya, Lebay Banget Lu!

Moeldoko lantas memberikan saran kepada AHY bahwa menjadi seorang pemimpin itu harus kuat dan tidak mudah terombang-ambing.

"Berikutnya saran saya. Menjadi seorang pemimpin harus kuat, jangan mudah 'baperan', mudah terombang-ambing, dan seterusnya," kata Moeldoko.

Terakhir, Moeldoko menegaskan bahwa jika benar ada kudeta di Partai Demokrat, itu pasti dari pihak dalam bukan dari pihak luar.

Baca Juga: Ingatkan Pentingnya Revisi UU Pemilu, Mardani Ali Sera: Ini Perlu untuk Mencegah Lahirnya Tirani dan Oligarki

"Kalau anak buahnya nggak boleh pergi kemana-mana ya diborgol aja kali ya. Selanjutnya kalau ada istilah kudeta, kudeta itu dari dalam, masa kudeta dari luar," ujar Moeldoko.***

Editor: Rika Fitrisa

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler