Ma'ruf Amin: Negara Mayoritas Muslim Banyak Tertinggal di Berbagai Bidang karena Berpikir Sempit

11 Februari 2021, 13:32 WIB
Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma'ruf Amin. /ANTARA

PR BEKASI – Negara mayoritas Muslim banyak yang mengalami ketertinggalan dari negara lain di berbagai bidang, yang dikenal dengan istilah underdeveloped country.

Menurut Wakil Presiden Ma'ruf Amin, hal tersebut dikarenakan negara mayoritas Muslim cenderung mempunyai perilaku berpikir sempit.

Hal tersebut dikatakan oleh Ma’ruf Amin dalam Seminar Internasional berjudul Membangun Peradaban Islam Berbasis Masjid secara daring dari Jakarta, Kamis, 11 Februari 2021.

Baca Juga: Kasus Dugaan Korupsi di BPJS Ketenagakerjaan, Kejaksaan Agung Periksa 8 Saksi

"Hal itu yang menjadi salah satu penyebab mengapa banyak negara berpenduduk Muslim masih tergolong underdeveloped country dan mengalami ketertinggalan,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.

Menurutnya, banyak negara mayoritas Muslim tertinggal dalam bidang ekonomi, pendidikan, iptek, dan bidang lainnya akibat berpikir sempit.

Salah satu contoh dari perilaku berpikir sempit tersebut adalah adanya kelompok yang menganggap pandemi Covid-19 adalah konspirasi elite global yang muncul akhir-akhir ini. 

Baca Juga: Aliansi Mahasiswa UGM Beri Jokowi Gelar 'Juara Ketidaksesuaian Omongan dengan Kenyataan'

Menurut Ma'ruf Amin, hal tersebut membuat penanganan Covid-19 di Indonesia menjadi penghambat.

Cara berpikir sempit juga menghambat dan kontraproduktif dalam upaya membangun kembali peradaban Islam.

"Mereka berpikir seperti itu tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan," katanya.

Baca Juga: Hubungi Indro Warkop Soal Perkara Ridwan Remin, Ruben Onsu Singgung Kode Etik Komedian

Menurut Ma'ruf Amin, cara berpikir sempit merupakan salah satu penyebab munculnya sifat radikal, egois, dan tidak mau menghargai perbedaan.

Jika hal itu terus dibiarkan maka akan dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat negara yang toleran.

"Cara berpikir sempit juga bisa melahirkan pola pikir yang menyimpang dari arus utama atau bahkan menjadi radikal yang dapat menjustifikasi kekerasan dalam menyelesaikan masalah,” katanya.

Baca Juga: Dipercayai untuk Pengobatan, Kemenkes Thailand Luncurkan Program Budidaya Ganja

Karena itu, saya tidak ingin umat Islam, ikut dalam arus berpikir sempit, seperti fenomena yang muncul belakangan ini," tambah Ma'ruf Amin.

Ma'ruf Amin mengatakan, cara berpikir merupakan kunci utama yang menentukan kemajuan atau kemunduran suatu peradaban.

Sehingga, cara berpikir yang harus dikembangkan dan diutamakan oleh umat Islam dalam mengamalkan ajaran agama ialah wasathy atau moderat.

Baca Juga: Cek Fakta: Ustaz Maaher Dikabarkan Meninggal di Rutan dalam Keadaan Setengah Disiksa, Ini Faktanya

"Bagi saya, cara berpikir yang moderat dan dinamis tersebut berarti bahwa kita tidak bisa hanya memahami secara tekstual pada teks semata serta menolak perkembangan ilmu pengetahuan," katanya.

Dalam menyikapi persoalan di kehidupan sehari-hari, kata dia, umat Islam tidak bisa juga bergantung sepenuhnya pada ilmu pengetahuan dan mengabaikan motivasi agama.

Jika hanya bergantung pada ilmu pengetahuan, maka hal tersebut malah akan menimbulkan pola pikir liberal.

Baca Juga: Kecam Kudeta Junta, Joe Biden Sebut AS Akan Sanksi Jenderal dan Bekukan Akses Keuangan Myanmar

Oleh karena itu, harus ada batasan dalam menjalankan kehidupan beragama, yakni di tengah-tengah antara tidak berpedoman pada teks semata dan tidak menjadi liberal.

"Dengan demikian, cara berpikir Islami itu tidak tekstual dan tidak liberal, la tektualiyan wala liberaliyan, tetapi moderat, wasathiyan atau tawassuthiyan," kata Ma'ruf Amin.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler