PR BEKASI - Publik Indonesia kembali dibuat heboh dengan unggahan foto yang menampilkan sosok Presiden Joko Widodo bersama Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Istana Bogor, Jawa Barat.
Dalam unggahan tersebut, tampak sosok lain yang terkenal seperti Permadi Arya alias Abu Janda, Deni Siregar, dan Akhmad Sahal.
Adapun foto tersebut diunggah oleh tokoh asal Papua Christ Wamea pada 13 Februari 2021 lalu.
Baca Juga: Abu Janda Akui Fenomena 'Influencer' Dibayar Negara, Roy Suryo: Dia Dibayar Pakai Uang Rakyat
Baca Juga: Banyak yang Tersinggung, Saleh Partaonan Daulay Desak GAR ITB Cabut Laporan Din Syamsudin Radikal
Dalam unggahan foto tersebut, Christ Wamea turut menyertakan narasi sebagai berikut.
"Ternyata buzzer binaan pemerintah itu nyata," kata Christ Wamea dalam akun Twitter-nya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Minggu, 14 Februari 2021.
Sebagaimana diketahui, isu soal adanya buzzer, baik dari kubu pemerintah maupun oposisi, ramai dibicarakan usai pernyataan budayawan kondang Sudjiwo Tedjo.
Sudjiwo Tedjo meminta Presiden Joko Widodo agar menertibkan buzzer penumpang gelap yang acap kali menyerang para pengkritik kebijakan pemerintah.
Baca Juga: Senang dan Bangga Dibully Fans Amanda Manopo, Barbie Kumalasari: Berarti Aku Hits dan Fenomenal
Para buzzer penumpang gelap tersebut, lanjut Sudjiwo Tedjo, telah menjatuhkan citra Jokowi menjadi pemimpin yang anti terhadap kritik.
"'Tertibkan buzzer' dan 'tertibkan buzzer penumpang gelap' itu beda. Itu bukan buzzer teriak buzzer. Kritik dan caci maki itu beda. Kritik isinya pendapat/sikap tanpa menyerang pribadi siapapun," tutur Sudjiwo Tedjo.
Terkait isu buzzer, Christ Wamea turut menyatakan pendapatnya bahwa buzzer bertugas mempolisikan dan melabeli seseorang sebagai tokoh radikal.
Baca Juga: Janji Tak Akan Proses Hukum Din Syamsuddin, Mahfud MD: Pemerintah Senang dengan Orang Kritis
"Buzzer rezim yang tugas tukang lapor polisi selalu dengan tuduhan intoleran dan radikal. Padahal sesungguhnya mereka yang suka lapor ini adalah orang yang intoleran dan suka menebar kebencian," ucap Christ Wamea.
Chist Wamea mengungkap, Gerakan Anti Radikalisme (GAR) Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) tergolong buzzer yang bertugas melabeli seseorang sebagai tokoh radikal.
"Rata-rata buzzer rezim bicaranya cuma radikalisme dan intoleransi. GAR ITB ini juga kumpulan buzzer jadi dibubarkan saja," kata Christ Wamea.
Oleh karena itu, Christ Wamea menyarankan agar GAR ITB segera tidak dibiarkan lantaran akan selalu membuat gaduh kondisi bangsa.
"Nanti kerjanya hanya bikin gaduh saja dengan selalu menuduh orang radikal dan intoleran. Pemerintah melalui Menko Polhukam secara resmi sudah sampaikan bahwa Pak Din tidak radikal," ujar Christ Wamea.***