Megawati Minta Nadiem Luruskan Sejarah Komunis, Rocky Gerung: Bukan Meluruskan, Tapi Dendam

22 April 2021, 13:28 WIB
Rocky Gerung soroti Megawati yang meminta Nadiem untuk meluruskan sejarah komunis di Indonesia. /Kolase foto dari YouTube Najwa Shihab dan Instagram @presidenmegawati

PR BEKASI - Di tengah hangatnya perbincangan soal nama-nama tokoh komunis yang muncul dalam Kamus Sejarah Indonesia, pengamat politik Rocky Gerung menyoroti permintaan Megawati Soekarnoputri kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.

Megawati pernah meminta Nadiem untuk meluruskan sejarah peristiwa pembantaian orang-orang yang dituduh komunis pada tahun 1965.

Menurut pentolan PDI Perjuangan (PDIP) tersebut, banyak catatan sejarah yang hilang di periode 1965 karena politik anti-Soekarno atau De-Soekarnoisasi yang dibangun oleh Presiden Soeharto selama 32 tahun rezim Orde Baru.

Baca Juga: Balas Dendam, Israel Serang Balik Suriah usai Ledakan Rudal Dekat Reaktor Nuklir Rahasia

Menanggapi hal tersebut, Rocky Gerung menyampaikan sebuah pepatah yang menurutnya berkaitan dengan kejadian pada tahun 1965.

"Ada pepatah yang mengatakan bahwa sejarah itu ditulis oleh para pemenang, apakah hal yang sama juga terjadi di Indonesia saat ini?," ungkapnya dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com, Kamis, 22 April 2021.

Pemenangnya itu, sambung Rocky Gerung adalah Amerika di dalam Perang Dingin, karena itu sejarah Indonesia pasti ditulis dalam versi Amerika.

Baca Juga: Tak Ingin Dicap Pembuat Onar, KSBSI Gelar Program Bakti Sosial Sambut Hari Buruh Internasional

Rocky Gerung kemudian menjelaskan bahwa sejarah Indonesia bukan melulu soal dan milik bangsa ini.

"Sejarah Indonesia itu bukan sejarah kita, ini sejarah dunia dan gak ada sejarah lokal. Semua sejarah itu sejarah dunia karena terkait dengan peristiwa besar di dunia," ungkapnya.

Demikian juga peristiwa 1965, menurutnya itu adalah pertandingan antara blok komunis dengan blok kapitalis atau antara kubu kiri dengan kanan.

Baca Juga: Kapuspen TNI Jelaskan Detik-detik Hilang Kontak Kapal Selam KRI Nanggala-402, Terjadi Saat Peluncuran Torpedo

Indonesia pada saat itu, sambung Rocky Gerung, berada di dalam jebakan itu, terjepit di antara dua kekuatan itu.

"Karena Indonesia pada waktu itu tidak punya kemampuan apa-apa selain memilih atau menempel pada komunis atau Amerika," ungkapnya.

Namun jika berandai-andai komunis yang menang di Indonesia, Rocky Gerung menyebut Indonesia tetap tidak akan menjadi negara yang lebih baik.

Baca Juga: Ulah Jozeph Paul Zhang Berpotensi Picu Aksi Terorisme, Peneliti: Bahaya, Bisa Jadi Alasan Bagi Kelompok Teror

"Kalau berandai komunis yang menang, Indonesia juga akan tetap menjadi negara yang terpuruk," ucapnya.

"Kemudian jika diteruskan seandainya juga yang jadi korban nanti adalah umat Islam dan TNI kalau komunis yang menang. Kalau kita terus seperti itu gak akan pernah ada habisnya," sambung Rocky Gerung.

Jika terus menyinggung soal pelurusan sejarah komunis, Rocky Gerung khawatir yang muncul bukan semangat meluruskan sejarah Indonesia melainkan semangat untuk balas dendam.

Baca Juga: Mengaku Diam Saja soal Hilangnya Tokoh Ulama dari Kamus Sejarah Indonesia, Sudjiwo Tedjo: Bukan Tak Tebal Rasa

"Karena semangatnya jadi bukan lagi meluruskan pada sejarah, tapi ada semangat dendam," ujarnya.

Justru yang seharusnya diluruskan menurut Rocky Gerung adalah dendam-dendam yang masih ada pada sebagian orang usai komunis kalah di Indonesia.

"Yang mesti kita hapuskan sebetulnya soal dendamnya karena bagaimanapun itu adalah jejak politik dunia dan PKI waktu itu kalah strategi," ungkapnya.

Baca Juga: 6 Nakes Alami Gejala Mirip Stroke Usai Disuntik, Thailand Tetap Optimis Gunakan Vaksin Sinovac

Tentara, sambung Rocky Gerung, pada waktu itu memang berpolitik untuk menetralkan komunis di Indonesia. Tentara juga menurutnya, membaca ke mana arah politik dari Soekarno pada saat itu.

"Tentara membaca ke mana arah politik Bung Karno dan Bung Karno memang cenderung ke kiri, itu artinya seluruh pidato Bung Karno di tahun 60an akhir itu adalah provokasi," ucapnya.

"Jadi kita mesti fairm itu pertadingan politik, PKI punya 20 juta massa dan gagal untuk mengorganisir massa yang besar itu yang berarti ada sebuah kelemahan strategi," sambungnya.

Maka dari itu, Rocky Gerung menganggap, dalam pertandingan politik, PKI pada saat itu telah kalah.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler