Guru Besar Unpad Beri Penjelasan Perbedaan Vaksin Covid-19 dari Tiongkok dan Oxford

14 September 2020, 17:18 WIB
Seorang dokter di Brasil menunjukan vaksin sinovac.* /AP/Eraldo Peres/ /

PR BEKASI - Penyebaran pandemi Covid-19 masih terus mengalami penambahan angka positif per harinya. Vaksin yang menjadi harapan setiap orang dalam situasi seperti ini masih terus dikembangkan.

Salah satu vaksin yang banyak dibicarakan yakni vaksin Sinovac yang dikembangkan oleh para peneliti Tiongkok.

Di samping itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) yang juga Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Unpad Kusnandi Rusmil memberikan penjelasan terkait perbedaan vaksin Sinovac dengan calon vaksin Covid-19 diproduksi setiap negara.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun ke 26, RM BTS Berdonasi 100 Juta Won untuk Museum Seni

Dalam penelitiannya, Kusnandi mengambil contoh perbedaan dengan vaksin AstraZeneca dibuat Universitas Oxford dan diprakarsai pendiri Microsoft Bill Gates.

Vaksin AstraZeneca dikembangkan dari dua virus hidup, yaitu adenovirus disuntikkan dengan Coronavirus.

"Saat disuntikkan ke relawan, ditemukan kondisi di mana tubuh relawan tidak cocok dengan vaksin AstraZeneca, sehingga menyebabkan efek samping," katanya, seperti dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari situs resmi Unpad, Senin, 14 September 2020.

Baca Juga: Mulai Berlaku di Jakarta Hari Ini, Bekasi Nyatakan Tidak Ada PSBB Total

Dikatakan, berbeda halnya dengan vaksin asal Sinovac, vaksin ini dikembangkan dari virus corona yang dimatikan, sehingga peluang untuk menyebabkan penyakit tersebut sangat kecil.

Meski demikian, lanjutnya, vaksin ini memiliki imunogenitas yang kurang baik, sehingga tim uji klinis harus menyuntikkan vaksin sebanyak dua kali kepada relawan.

"Pada uji klinis di Indonesia ini kita melakukan dua kali penyuntikan dengan jarak 14 hari," ujar Kusnandi.

Baca Juga: Terlibat Kasus Peredaran Narkoba, Seorang Oknum Polisi Polda Sumatra Utara Ditangkap

Selain itu, Kusnandi mengungkapkan, alasan di balik uji klinis vaksin Covid-19 asal Tiongkok yang tengah dilakukan di Indonesia.

Menurutnya, vaksin yang dikembangkan perusahaan Sinovac, Tiongkok ini memiliki efektivitas cukup baik berdasarkan hasil uji klinis fase I dan II.

"Mereka (Sinovac) sudah lakukan uji klinis (vaksin) fase I dan II. Kita tinggal lakukan lanjutan uji klinis fase III," ucapnya.

Baca Juga: Ditetapkan sebagai Tersangka, Pelaku Penusukan Syekh Ali Jaber Terkena Pasal Penganiayaan Berat

Seperti pemberitaan sebelumnya, Sinovac menjalin kerjasama dengan Biofarma untuk memgembangkan vaksin Covid-19.

Menteri BUMN Erick Tohir yang juga sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan bersama Retno Marsudi menyaksikan penandatanganan antara PT Biofarma dengan Sinovac Biotech.

Retno Marsudi menyebut dalam lembar kerja sama pertama tersebut, terdapat kesepakatan kedua perusahaan menyepakati ketersediaan vaksin COVID-19 hingga 40 juta dosis mulai November 2020 hingga Maret 2021.

Baca Juga: Masih Pandemi, Polri Akan Tetap Anggarkan Kebutuhan untuk Pengamanan Piala Dunia dan MotoGP

Sementara untuk lembar dokumen kerja sama kedua, Sinovac Biotech akan memprioritaskan penyediaan vaksin setelah Maret 2021 hingga akhir tahun 2021.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Unpad.ac.id

Tags

Terkini

Terpopuler