Ungkap Dalang Kerusuhan, Duo Fahri Hamzah dan Fadli Zon Kompak Pertanyakan Adanya Jubir dalam BIN

12 Oktober 2020, 06:37 WIB
KOLASE foto politikus Fahri Hamzah dan Fadli Zon. /Instagram @fahrihamzah @fadlizon /

PR BEKASI - Usai kejadian unjuk rasa yang berujung ricuh pada 6 hingga 8 Oktober 2020 lalu sebagai bentuk penolakan terhadap pengesahan UU, Badan Intelijen Negara (BIN) mengungkapkan telah mengetahui dalang kerusuhan tersebut.

Atas informasi yang dikeluarkan oleh BIN, Fahri Hamzah dan Fadli Zon secara kompak menanggapi penyataan Juru Bicara BIN atas laporannya pada publik.

Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon dalam cuitan di Twitternya menuliskan keanehan terhadap adanya Jubir pada BIN. 

Baca Juga: Kecewa UU Cipta Kerja Tak Dicabut Jokowi, Dianjurkan Baca Doa Ini Ketika Usaha Tidak Sesuai Harapan

Sebab menurutnya, dinas intelijen asing seperti CIA (AS), M16 (Inggris), atau SVR dan FSB (Rusia) tidak memiliki juru bicara. 

Selain itu ia juga merasa heran atas pengumuman bahan info intelijen yang disampaikan pada publik, sebab menurutnya sebaiknya dilaporkan saja ke Presiden atas temuan di lapangan. 

Hal senada di cuitkan oleh Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah. Menurutnya, BIN tidak boleh memberikan informasi intelijen pada publik melainkan hanya melaporkannya kepada Presiden.

Baca Juga: Sahrul Gunawan Jadi Calon Wakil Bupati Bandung, Testimoni Rekan Artis Jadi Andalan

Atas pernyataan terkait juru bicara pada dunia intelijen, Pengamat Intelijen Ridlwan Habib memberikan tanggapannya.

Menurutnya, dalam disiplin ilmu intelijen yang modern seperti sekarang, lembaga intelijen profesional di dunia memiliki Jubir.

Fungsi Jubir lembaga intelijen tersebut tidak difungsikan untuk membongkar misi rahasia, melainkan memberi penjelasan kepada publik terkait berbagai isu.

Baca Juga: Tak Hanya Gantikan UN, 3 Bagian Ini yang Diterapkan Nadiem Makarim Pada Asesmen Nasional Pendidikan

Meski begitu, menurutnya, fungsi intelijen dalam melaporkan hasil temuan atau data kepada Presiden tetap berjalan.

"CIA misalnya, punya juru bicara , seorang wanita, namanya Nicole de Hay," kata Ridlwan yang seorang alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia itu, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI, Senin, 12 Oktober 2020.

Selain itu ia juga mengungkapkan adanya perbedaan antara bentuk intelijen sekarang dan masa lalu yang lebih tertutup.

Baca Juga: Tes Swab dan PCR di Puskesmas Gratis, Doni Monardo: Laporkan Jika Masih Ada Pungutan Biaya

"Kalau era Orde Baru memang lembaga intelijen kesannya misterius dan tertutup," katanya. 

Contoh lainnya, Ridlwan mengatakan bahwa lembaga intelijen Inggris di bidang signal intelijen GCHQ juga memiliki Jubir.

"Nama jubirnya Andrew Pike, GCHQ Inggris bahkan punya akun Twitter."

Baca Juga: PSBB Ketat Anies Baswedan Buahkan Hasil Usai Kasus Aktif Covid-19 Turun, Jakarta Masuk Masa Transisi

Selanjutnya lembaga intelijen Australia, yaitu Australia Security Intelligence Organization (ASIO) bahkan memiliki jubir yang secara rutin membuat persiapan pers.

Sementara itu, Ridlwan menjelaskan bahwa di tengah pandemi saat ini, CIA bahkan melakukan rekrutmen secara daring.

Selain itu, CIA juga memiliki kanal YoTube yang bisa diakses secara publik dan memiliki website khusus anak-anak sekolah dasar.

Baca Juga: Salah Kaprah, Cara Gunakan Masker dan Face Shield yang Benar untuk Cegah Penyebaran Covid-19

Dengan banyaknya perubahan dan bentuk keterbukaan tersebut, ia memberikan saran agar intelijen dalam negeri dapat belajar dari lembaga intelijen lainnya di seluruh dunia agar menjadi modern dan profesional.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler