Polri: Importir yang Timbun dan Mainkan Harga Akan Diproses Hukum

- 6 Januari 2021, 14:46 WIB
Pengecekan terhadap gudang penyimpanan kedelai impor.
Pengecekan terhadap gudang penyimpanan kedelai impor. /Antara/HO-Polri.

PR BEKASI- Kadiv Humas Polri Irjen Pol Raden Prabowo Argo Yuwono menyampaikan pihaknya akan memproses secara hukum importir kedelai yang menimbun dan memainkan harga sehingga diduga menyebabkan kelangkaan dan mahalnya bahan baku tahu tempe tersebut.

Hal itu disampaikan Irjen Pol Argo dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu, 6 Januari 2021. Ia menyebut bila pemeriksaan akan didalami lagi oleh Satgas Pangan Bareskrim Polri.

"Polri merespons kelangkaan kedelai di pasar, apabila ditemukan ada dugaan pidana maka Satgas pangan akan melakukan penegakan hukum," ujar Argo.

Baca Juga: AC Milan Vs Juventus: Misi Ronaldo CS Jaga Asa Amankan Scudetto Serie A Musim Ini

Argo menyebut pihaknya pada Selasa, 5 Januari 2021, telah melakukan pengecekan terhadap gudang-gudang importir kedelai. 

Diantara gudang yang telah mereka cek adalah gudang dari PT Segitiga Agro Mandiri di Bekasi.

Perusahaan tersebut melakukan impor kedelai yang dikirim dari Amerika dengan kapasitas antara 6.000 ton hingga 7.000 ton per bulan.

Baca Juga: Trump Larang Penggunaan AliPay di Amerika Serikat Seiring Merembaknya Kabar Jack Ma Hilang

Argo menjelaskan perusahaan tersebut melakukan impor kedelai bukan hanya ditujukan untuk kebutuhan pembuatan tahu tempe saja, tetapi dibutuhkan juga untuk kebutuhan dalam sektor peternakan.

"Bahwa kedelai impor tersebut selain diperuntukkan guna pemenuhan industri tahu dan tempe untuk kualitas II, juga dipergunakan untuk proses pakan ternak dan proses pembuatan minyak kedelai serta produk turunan lainnya," ujar Argo.

Kedelai yang berada di gudang tersebut nantinya akan didistribusikan ke UMKM industri tahu dan tempe di wilayah Jabodetabek dan Bandung, Jawa barat.

Baca Juga: Hingga Kini China Belum Buka Akses Investigasi Asal Usul Covid-19, WHO Mengaku Kecewa

Distribusi ke wilayah tersebut berjumlah sekitar 250-300 ton per hari. kemudian sisa stok saat ini dari gudang itu adalah sebanyak 2.500 ton.

Saat ini harga kedelai yang telah tersalurkan melalui distributor yaitu Rp8.600 per Kg. Harga tersebut telah terjadi kenaikan sekitar Rp1.000 sejak pertengahan Desember 2020.

Argo menjelaskan kenaikan tersebut diantaranya juga disebabkan oleh kapal yang mengangkut kedelai tersebut.

Baca Juga: Insiden Pengeroyokan di Hotel Jababeka, Polisi: Pelaku Ngaku-ngaku sebagai TNI

"Didapat informasi dari staf perusahaan tersebut, kenaikan harga disebabkan karena selain harga beli di negara asal terjadi kenaikan yang sebelumnya Rp6.800 menjadi Rp8.300, juga disebabkan sejak pertengahan bulan Oktober-Desember 2020, kapal yang langsung tujuan Indonesia sangat jarang sehingga menggunakan angkutan tujuan singapura dan sering terjadinya delay (keterlambatan) dikarenakan menunggu waktu dalam konekting ke Indonesia sehingga keterlambatan antara 2 hingga 3 minggu," ujarnya.

Lanjutnya, Argo menyebut pengecekan kedua dilakukan terhadap gudang yang berada di daerah Pasar Kemis, Pasir Jaya, Cikupa, Tanggerang. gudang tersebut merupakan tempat penyimpanan kedelai impor dari PT FKS Mitra Agro.

Diketahui dari pemeriksaan tersebut bahwa sebanyak 5333,29 ton kedelai telah masuk pada tangga 31 Desember 2020. kemudian selanjutnya kedelai tersebut langsung didistribusikan sebanyak 79 ton, sehingga menyisakan stok per tanggal tersebut sebanyak 474,29 ton.

Baca Juga: Bantah Isu Tak Ada Formasi CPNS Bagi Guru, Nadiem: Ini Salah dan Tak Pernah Jadi Kebijakan Kemdikbud

"Bahwa pada 4 Januari 2021, kedelai masuk sebanyak 460,22 ton dan sudah didistribusikan sebanyak 76 ton, sisa stok per 4 Januari sebanyak 384,22 ton. sisa stok pertanggal 5 Januari 2021 sebanyak 858,51 ton," kata Argo, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Rabu, 6 Januari 2021.

Selanjutnya pemeriksaan berlanjut ke Daan Mogot, Kota Tanggerang, Banten. Argo menjelaskan dari pemeriksaan PT Sungai Budi tersebut ditemukan fakta bahwa pada 4 Januari 2021, kedelai masuk sebanyak 400 ton. Dari jumlah tersebut kemudian sebanyak 300 ton sudah siap didistribusikan ke konsumen, sehingga sisa stok saat ini per 5 Januari 2021 ada sebanyak 100 ton.

Sebelumnya para produsen tahu dan tempe melakukan aksi mogok. hal tersebut dikarenakan melonjaknya harga kedelai yang merupakan bahan baku dari pembuatan makanan tersebut. 

Baca Juga: Jawab Tantangan Presiden, Menkes Budi Upayakan Vaksinasi Covid-19 Rampung dalam Waktu Setahun

Kenaikan itu juga menyebabkan kelangkaan dari kedelai itu sendiri.

kenaikan dan kelangkaan kedelai diduga karena adanya oknum yang melakukan penimbunan terhadap bahan baku tahu dan tempe itu. 

kemudian, Polri bersama pemerintah berjanji untuk melakukan penyelidikan lebih mendalam terkait kasus tersebut.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah