Baca Juga: Turki Ikut Berduka atas Jatuhnya Sriwijaya Air: Kami Berdoa untuk Saudara-Saudara Kami di Indonesia
Ia menilai, jika skenario Ganjar-Risma terwujud, sangat tidak mungkin Puan dijadikan menteri lagi karena pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator apalagi menteri di bawah kader PDIP.
"Barangkali satu-satunya alternatif adalah menjadi ketua MPR, kalau ketua MPR masih mungkin untuk memberikan kehormatan kepada Puan Maharani seandainya PDIP tidak bisa mencalonkan dia sang puteri mahkota untuk menjadi Capres maupun Cawapres," tuturnya.
Walaupun dahulu Risma pernah disebut-sebut juga sebagai Cawapres pada tahun 2014 ketika Jokowi pertama kali mencalonkan diri yang pada saat itu popularitas Risma melonjak drastis.
Baca Juga: Penduduk Pulau Lancang Sebut Dengar Suara Keras seperti Bom pada Hari Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
Tapi belakangan, ucap Refly, nama Risma memang tidak disebut sama sekali dalam survei Capres dan Cawapres, hal tersebut menurutnya terjadi karena saat ini Risma hanya dianggap sebagai tokoh lokal yaitu Wali Kota Surabaya.
"Tokoh lokal yang moncer hanya dua saja yang dianggap, yaitu satu Ganjar Pranowo, dan dua Ridwan Kamil, sisanya ya Anies Baswedan, tapi Anies kan Gubernur DKI Jakarta, bukan daerah," ucapnya.
"Karena itu sebenarnya nama-namanya hanya berkisar pada tiga orang kepala daerah ini, ditambah Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, ya relatif lima nama ini," sambungnya.
Baca Juga: Warga Jepang Gelar Ritual Mandi Air Dingin Berjemaah Doakan Pagebluk Covid-19 Cepat Usai
Saat ini dengan Risma yang menduduki jabatan sebagai orang pusat, walaupun terdapat peluang untuk terus moncer, Refly menilai sebagian besar masyarakat Indonesia telah paham bahwa RIsma bukan sosok yang cocok untuk memimpin negeri ini.