"Orang dulu kayak gitu, dipukul bedugnya, kemudian dilanjutkan dengan kumadang azan, begitu bedug berbunyi, orang-orang Islam di tanah Jawa waitu itu tahu ini sudah waktunya masuk salat," ucapnya.
"Jadi kalau kamu bilang bedug itu untuk ganti azan, kamu berarti mainnya kurang jauh, tidurnya kurang malam, temannya enggak banyak, dan kopinya enggak ada," katanya.
Lalu kesamaan berikutnya, ucap Gus Miftah, NU dan PDIP berperan besar dalam membantu masyarakat kecil di Tanah Air.
Baca Juga: Ungkap HRS Center Tidak Pernah Ada Wujudnya, Haikal Hassan: Saya Bukan Anggota FPI
"Sama-sama mengurus rakyat kecil, coba kita lihat tahlilan di desa-desa itu ya rata-rata orang kecil, makannya kalau orang bilang jangan ada tahlilan, saya enggak mau. Orang bilang ini tahlilan bid'ah, haram, dan lain sebagainya, nanti dulu bro," katanya.
Menurutnya, masyarakat kebanyakan mengira kegiatan tersebut haram karena tidak bisa membedakan arti sebenarnya dari kegiatan tersebut.
"Kamu enggak bisa membedakan sih apa arti tahlil dengan tahlilan, tahlil itu belum dibaca, kalau sudah dibaca jadi tahlilan. Yasin itu belum dibaca, kalau sudah dibaca namanya Yasinan," ujarnya.
Baca Juga: Tarif Cukai Naik, Jumlah Produksi Rokok Diprediksi Turun Tahun Ini
"Sarung itu belum dipakai, kalau sudah dipakai namanya sarungan, Nah kathok (celana) itu belum dipakai, kalau sudah dipakai namanya kathokan, masa enggak boleh? ngawur wae," katanya.