PR BEKASI - Sebanyak 1.3 juta anak berusia sekolah di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diketahui belum bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia
Menurut pernyataan dari pihak pemprov NTT, mereka diketahui belum bisa menggunakan bahasa Indonesia dikarenakan setiap harinya mereka selalu menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi,
Hal tersebut dikatakan oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi NTT, Benyamin Lola pada Rabu, 24 Februari 2021.
"Mereka menggunakan bahasa ibu dalam komunikasi setiap hari sehingga saat masuk sekolah dasar belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.
Baca Juga: Dihujat karena Bela Jokowi Terkait Kerumunan, dr.Tirta: Kan Saya Beropini Sesuai Isi Pikiran Saya
Baca Juga: Ungkap Sosok Rudi Sipit Dibalik Kesuksesan Kariernya, Sule: Saya Pernah Numpang Tidur di Rumahnya
Ia mengatakan, Provinsi NTT memiliki 73 bahasa daerah yang dijadikan sebagai bahasa ibu oleh 1,3 juta anak di NTT.
Dia menambahkan dengan kosa kata yang terbatas bahkan sangat asing sama sekali terhadap bahasa Indonesia menyulitkan para siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia di sekolah.
Sementara dalam sistem pendidikan nasional bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan belajar di sekolah.
Banyaknya siswa menggunakan bahasa ibu dalam komunikasi sehingga berdampak pada capaian hasil belajar siswa.
Baca Juga: Cek Fakta: Permainan Mafia, Harga Plasma Konvalesen di PMI Dikabarkan Capai Rp13 Juta, Ini Faktanya
"Anak datang ke sekolah tetapi belum tentu berhasil belajar karena terkendala bahasa yang digunakan di sekolah," kata Benyamin Lola.
Menurut mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi NTT itu pendekatan penggunaan bahasa ibu di kelas khususnya pada jenjang pendidikan dasar perlu diikuti persiapan guru dalam mengaplikasi pendekatan personal dengan siswa secara baik.
Apalagi kata dia, guru selama mengikuti pendidikan keguruan tidak disiapkan keterampilan untuk mengajar anak dengan menggunakan bahasa ibu.
"Pemerintah NTT terus berupaya mendorong anak-anak masuk sekolah dengan membangun kerjasama dengan Inovasi,” katanya.
Baca Juga: Banjir Jakarta dan Semarang, Arief Poyuono: Nanti Solo Banjir Dibilang Gibran Salah juga
“Kantor Bahasa NTT untuk mengatasi persoalan pendidikan anak-anak NTT yang menggunakan bahasa ibu dan belum mampu berbahasa Indonesia sebagai bahasa ajar di kelas," kata Benyamin Lola.
Sementara itu Direktur Program Inovasi, Mark Heyward mengatakan penggunakan bahasa ibu bagi siswa kelas awal sangatlah penting untuk membantu siswa dalam proses belajar pengajar di sekolah.
"Kita harus bisa memastikan para guru-guru untuk bisa mengajar anak-anak dengan menggunakan bahasa ibu, karena sudah banyak bukti kualitas pendidikan anak-anak menjadi lebih baik," katanya.
Baca Juga: Puji Sikap Ganjar Pranowo Soal Banjir Semarang, Dedek Uki: Jangan Sampai Meniru Daerahku, Pak!
Ia juga berharap ketersediaan buku-buku dengan menggunakan bahasa ibu juga perlu tersedia di sekolah-sekolah di NTT untuk siswa pada kelas awal di sekolah.
Hal tersebut dilakukan guna menunjang proses belajar mengajar terhadap anak yang mengalami kendala bahasa dalam belajar.***