Simak Penjelasan Vaksin AstraZeneca, Apakah Efektif Lawan Mutasi Covid-19 B117?

- 11 Maret 2021, 20:03 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19 AstraZeneca yang tiba di Indonesia pada Senin malam, 8 Maret 2021.
Ilustrasi vaksin Covid-19 AstraZeneca yang tiba di Indonesia pada Senin malam, 8 Maret 2021. /The Globe and Mail

PR BEKASI - Beberapa penduduk di dunia termasuk Prancis khawatir mengenai adanya efek samping dari vaksin AstraZeneca, dan menunjukkan keraguan bahwa vaksin tidak efektif melawan varian baru Mutasi Covid-19 B117.

Presiden AstraZeneca Prancis, Olivier Nataf dalam Journal du Dimanche mengatakan vaksinnya efektif melawan infeksi Covid-19 yang parah dan 80 persen efektif mencegah rawat inap penyakit akibat virus SARS-CoV-2 itu.

"Kebingungan dan kekecewaan bisa muncul. Banyak yang sudah diselesaikan. Mungkin ada lagi yang lain," ujar Oliver dikutip melalui Reuters.

Selain itu Regulasi Eropa menyimpulkan efek samping vaksin AstraZeneca bukanlah alasan untuk meragukan keamanannya. Sebab sebuah penelitian di Skotlandia yang mencakup 5,4 juta orang menjadi buktinya.

Baca Juga: Sebut Tangisan Darmizal Air Mata Buaya, Syahrial Nasution: Memangnya Yang Bikin SBY Jadi Presiden Itu Kau?

Baca Juga: Pengaduan Konsumen Terkait e-commerce Tempati Urutan Pertama di Tahun 2021

Baca Juga: Maria Vania Terpikat Pesona Kiwil, Rohimah: Seksi Ya, Saya Dulu Waktu Gadisnya Juga Begitu

Beberapa orang melaporkan, setelah di suntik vaksin AstraZeneca mengalami efek samping seperti suhu tinggi atau sakit kepala dan hal tersebut merupakan tanda normal tubuh menghasilkan respons imun.

"Antara 10 dan 15 persen dari mereka yang divaksinasi mungkin mengalami efek samping tetapi hanya sebatas demam, mual dan dalam waktu 12 jam hilang," ucap manager komunikasi Saint-Lo hospital di Normandy, Perancis, Melanie Cotigny.

Di sisi lain otoritas Austria menangguhkan inokulasi vaksin COVID-19 AstraZeneca usai penemuan kasus kematian satu orang penduduk di negara itu setelah suntikan diberikan.

Diketahui seorang wanita berusia 49 tahun meninggal akibat gangguan koagulasi yang parah, sementara seorang wanita lainnya berusia 35 tahun mengalami emboli paru dan sedang dalam masa pemulihan.

Baca Juga: Satu Muncikari Terancam Bui Usai Jual Remaja untuk Lakukan Hubungan Seksual

Pejabat kesehatan di Austria (BASG) mengatakan, sementara ini tidak menemukan hubungan kedua kasus ini dengan vaksinasi.

Sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi dari The Star, ia menuturkan bahwa pembekuan darah bukan salah satu efek samping vaksin yang diketahui.

Dengan adanya kasus tersebut, juru bicara AstraZeneca mengatakan, "Tidak ada kejadian merugikan serius yang dikonfirmasi terkait dengan vaksin."

Namun sejauh ini menurut percobaan dan pengalaman dari berbagai negara, menunjukkan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif, dan telah disetujui untuk digunakan di lebih dari 50 negara.

Baca Juga: Cek Fakta: Panglima TNI Dikabarkan Amankan Senjata dari SBY saat Hendak Serang Jokowi, Ini Faktanya

Untuk saat ini pihak AstraZeneca mengatakan telah melakukan kontak dengan otoritas Austria dan akan mendukung penuh penyelidikan.

Pada akhir Januari regulasi Uni Eropa menyetujui Vaksin AstraZeneca, regulasi tersebut mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca efektif dan aman untuk digunakan, sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada pertengahan Februari mendaftarkan produk tersebut untuk penggunaan darurat.

Sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com di Antara, pada Kamis, 11 Maret 2021, Indonesia kini menjadi salah satu negara penerima vaksin Covid-19 ini.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada 8 Maret lalu menyampaikan sebanyak 1.113.600 dosis vaksin Covid-19 Astra Zeneca yang tiba di tanah air merupakan pengirim pertama vaksin melalui jalur multilateral COVAX Facility.

Baca Juga: Varian Baru Virus Corona B117 Sudah Jadi Transmisi Lokal di Indonesia, Pandu: Risiko Kematian Meningkat

Diketahui Indonesia pada batch pertama akan menerima 11.704.000 vaksin sampai Mei 2021.

Guru Besar FKUI & YARSI, Prof. Tjandra Yoga Aditama, salah satu anggota Independent Allocation Vaccine Group (IAVG), dalam keterangan tertulisnya.

mengungkapkan, sebelumnya telah melakukan pertemuan intensif pada Februari 2021 dan memvalidasi sehingga vaksin sudah dapat diberikan ke berbagai negara.

Negara yang menjadi penerima pertama diantaranya Ghana, diikuti berbagai negara lain di dunia salah satunya Indonesia.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x