Baca Juga: Maria Vania Terpikat Pesona Kiwil, Rohimah: Seksi Ya, Saya Dulu Waktu Gadisnya Juga Begitu
"Karena Ibu Ani sakit dan AHY harus menjaga, partai menugaskan padanya sekaligus menguji dalam tugas pemenangan Pilkada 2018 dan Kogasma saat Pileg 2019. Diuji dulu sebagai kader, tidak ujug-ujug. Ini beda dengan Pak Moeldoko," kata Andi Arief.
Menurutnya, meski sulit, pada Pileg 2019 Demokrat dapat 7,8 persen suara, AHY pun turun ke banyak daerah pemilihan untuk menaikkan suara.
"Sebelum Pileg semua lembaga survey sebut elektabilitas Demokrat kisaran 4 sampai 5 persen. Darmizal, Pak @marzukialie_MA, apalagi Moeldoko tak pernah mau tahu situasi partai saat itu," ujar Andi Arief.
Andi Arief juga mengatakan bahwa setelah Pileg 2019, AHY dalam perubahan susunan pengurus menjadi Waketum Partai Demokrat, mengisi kekosongan jabatan karena Waketum mengundurkan diri.
"Susunan pengurus baru itu disetujui juga dengan SK Menkumham. Jadi AHY beda lagi dengan Moeldoko yang tak berkeringat di Demokrat," ujar Andi Arief.
Lebih lanjut, Andi Arief menjelaskan bahwa saat menjelang kongres 2020, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Majelis Tinggi mendapat aspirasi tertulis dari semua ketua DPD/DPC.
Baca Juga: Mahfud MD Sebut Jokowi Happy-happy Saja, AS Hikam: Kalau Benar, Alangkah Menyedihkan Negara Ini
"Ada 3 aspirasi, calonkan kembali SBY, ikut arahan SBY, mencalonkan AHY. Kongres Tidak didesain aklamasi, dibuka bagi kader ingin calonkan diri. Saat pendaftaran AHY didukung 95 persen DPD/DPC," kata Andi Arief.