Ray Rangkuti lantas menduga bahwa Moeldoko salah kalkulasi, karena terbuai oleh janji-janji manis makelar-makelar politik yang membujuknya.
"Orang seperti Pak Moeldoko sudah terlalu terbiasa bekerja pada tataran strategis sehingga luput atau tidak sempat mengecek pelaksanaannya di lapangan," ucapnya.
"Inilah yang jadi ladang subur bagi para makelar politik untuk mengumbar janji guna mencari pendanaan, lalu membuat laporan asal bapak senang," tutur Ray Rangkuti.***