"Kini vaksin Nusantara buatan dr. Terawan menjadi kontroversi lagi seperti metode cuci otak. Kenapa sih gak kita dukung bersama? Toh jika vaksin Nusantara ternyata terbukti lebih ampuh dari vaksin buatan asing, itu akan berdampak baik bagi kita semua. Kenapa malah berisik?," tutur Teddy Gusnaidi.
Teddy Gusnaidi pun mengatakan, dia berusaha berpikiran positif bahwa banyaknya penolakan terhadap vaksin Nusantara terjadi karena kegenitan saja, bukan karena ada urusan bisnis dan politik di baliknya.
"Saat ini semua negara berlomba-lomba menciptakan vaksin untuk covid, termasuk Indonesia. Jadi cari tema lain saja jika ingin bergenit ria, jangan urusan ini," ujar Teddy Gusnaidi.
Teddy Gusnaidi menjelaskan bahwa metode penelitian bukan matematika, karena berbagai penyakit baru bermunculan, sehingga dunia kesehatan juga terus berkembang.
"Metode penelitian yang dulu tentu harus berubah, karena metode penelitian zaman dahulu penyakitnya tidak sebanyak dan berkembang seperti saat ini," kata Teddy Gusnaidi.
Baca Juga: Mengaku Telah 11 Tahun Berada di Luar Negeri, Djoko Tjandra: Saya Rindu Pulang ke Indonesia
Menurutnya, jika metode penelitian tidak berevolusi, apa pun yang diciptakan oleh anak bangsa akan dianggap salah, walaupun hasil dari yang diciptakan itu berdampak positif bagi manusia.
"Contohnya adalah metode cuci otak dr. Terawan, walaupun hasilnya positif, tetap saja ditentang," ujar Teddy Gusnaidi.
Meski demikian, Teddy Gusnaidi sepakat bahwa apa yang diciptakan tentu harus melalui penelitian dan pengujian, tidak bisa tanpa melalui kedua hal itu.