"Kita lihat, belakangan memang ada kecenderungan relawan-relawan Pak Jokowi itu, kemudian mendapatkan posisi-posisi yang strategis di BUMN, dalam hal ini sebagai komisaris BUMN," kata Arief Munandar.
Meski demikian, Arief Munandar menilai bahwa Kristia Budhyarto agak telat ditempatkan menjadi komisaris BUMN.
Pasalnya, Kristia Budhyarto sudah sering membantu Jokowi sejak 2012, tapi baru sekarang ini dia mendapat jatah kursi sebagai komisaris independen.
"Gue jadi mikir ya, sebenarnya apa job desk dari seorang komisaris. Ini kok komisaris jadi mirip amir masjid, yang menentukan penceramah ini boleh, penceramah ini tidak boleh," kata Arief Munandar.
Arief Munandar menilai, meskipun kini Kristia Budhyarto telah menjadi komisaris PT PELNI, tapi sikap sebagai seorang buzzer masih melekat di dirinya.
"Poin gue adalah Kang Dede ini memang menjadi komisaris di PT PELNI. Tapi bisa jadi karakter dasar Kang Dede yang sudah sangat menjiwai peran sebagai buzzer itu gak hilang. Makanya kalau dilihat, pernyataan-pernyataanya itu buzzer banget, seperti berangus, jangan dikasih celah, habisi," tuturnya.
"Itu kan karakter kalimat-kalimat negatif yang sering kita lihat di media sosial dari akun-akun kata BuzzeRp," ujar Arief Munandar.
Arief Munandar lantas membayangkan, seandainya pernyataan-pernyataan keras seperti yang dilontarkan Kristia Budhyarto dikeluarkan oleh pihak yang berseberangan dengan pemerintah, pasti akan langsung dikategorikan ujaran kebencian.