Media Asing Soroti Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia, Singgung Liburan Idul Fitri Jadi Penyebabnya

- 11 Juli 2021, 14:35 WIB
Media asing asal Singapura, Channel News Asia menyoroti penyebab lonjakan kasu Covid-19 di Indonesia.
Media asing asal Singapura, Channel News Asia menyoroti penyebab lonjakan kasu Covid-19 di Indonesia. /Willy Kurniawan/REUTERS

PR BEKASI – Media asing asal Singapura, Channel News Asia turut menyoroti penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.

Dalam artikel berjudul "What might have caused the huge spike in Indonesia's Covid-19 cases post-Idul Fitri holiday", mereka mengatakan saat ini kasus Covid-19 di Indonesia per harinya bisa mencapai 30.000 kasus.

"Pada 9 Juli 2021 negara itu sudah mencapai kasus harian sebanyak 28.124. Total sekarang ada lebih dari 2.4 juta kasus positif dan dan lebih dari 64.000 kematian," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com Channel News Asia.

Baca Juga: Kabar Baik! Penelitian Terbaru Tunjukan Vaksin Moderna Efektif Cegah Varian Delta

Channel News Asia mengatakan bahwa lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia terjadi karena banyaknya orang yang mudik untuk merayakan Idul Fitri pada tahun ini di kampung.

Namun, yang malah membingungkan, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi setelah Idul Fitri tahun ini malah jauh lebih besar dibanding Idul Fitri tahun lalu.

Salah satu alasan lonjakan kasus Covid-19 ini karena banyak yang mengabaikan protokol kesehatan saat ini.

Baca Juga: Covid-19 Varian Delta Hantam Asia Tenggara, Keampuhan Vaksin Sinovac Dipertanyakan

Selain itu, munculnya varian baru Covid-19 dikatakan oleh para ahli sebagai alasan lain melonjaknya kasus Covid-19.

"Terbukti di mana-mana di dunia bahwa virus varian Delta ini sangat-sangat mudah menular," kata Profesor Zubairi Djoerban, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia.

Zubairi Djoerban mengatakan karena varian Delta lebih berbahaya dibandingkan varian awal Covid-19, mereka yang terinfeksi varian Delta cenderung membutuhkan perawatan di rumah sakit sehingga membuat rumah sakit di berbagai wilayah penuh.

Baca Juga: Wujud Varian Delta Covid-19 Berhasil Terekam Citra Peneliti Australia, Mirip Buah Rambutan

Ahli lainnya, Dr Dwi Bambang juga percaya bahwa varian baru, termasuk varian Delta merupakan faktor penyebab situasi saat ini.

Dokter spesialis paru yang bekerja di tiga rumah sakit berbeda di ibu kota Jawa Tengah Semarang itu mengatakan, saat ini pasiennya lebih banyak dibandingkan tahun lalu.

"Ruang bangsalnya penuh semua. susahnya masuk ICU dengan ventilator, dan banyak di UGD yang saturasi (oksigen) nya menurun," katanya.

Baca Juga: Rusia Klaim Vaksin CoviVac Efektif Ampuh Lawan Covid-19 Varian Delta

Namun demikian, para ahli mencatat bahwa banyak faktor yang berkontribusi terhadap kondisi mengerikan yang terjadi saat ini.

Covid-19 varian Delta diyakini masuk ke wilayah Indonesia dari orang-orang yang datang dari luar negeri.

Ahli epidemiologi Dr Atik Choirul Hidajah mengatakan selain banyak orang yang mudik Mei lalu, banyak juga TKI yang pulang dari luar negeri.

Baca Juga: Kemenkes Malaysia Sebut Covid-19 Varian Lambda Lebih Bahaya dari Varian Delta, Telah Menyebar di 30 Negara

"Meski wajib bagi siapa saja yang tiba di Indonesia untuk menunjukkan hasil tes PCR negatif, namun penegakannya mungkin tidak selalu tegas," kata ahli epidemiologi Universitas Airlangga Surabaya itu.

Hingga Senin, 5 Juli 2021, pendatang baru harus menjalani karantina selama lima hari, meskipun diketahui masa inkubasi normal Covid-19 adalah 14 hari.

Faktor lain yang berkontribusi pada peningkatan kasus baru-baru ini adalah fakta bahwa pemerintah telah mengurangi jumlah pelacak kontak beberapa bulan yang lalu.

Baca Juga: Sydney Hadapi Penyebaran Kasus Covid-19 Varian Delta Covid-19, Lockdown Diperpanjang

Hal tersebut dikatakan oleh Dr Masdalina Pane, Kepala Divisi Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI).

Pada Januari lalu, Satgas merekrut 8.000 pelacak di 59 kabupaten dan kota menyusul lonjakan yang diyakini akibat libur Natal dan Tahun Baru.

Tempat-tempat ini disorot karena berkontribusi terhadap 70 persen kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Baca Juga: 7 Provinsi Rawan Serangan Covid-19 Varian Delta Menurut Kemenkes, Simak Penjelasannya

Namun, dalam waktu yang sama jumlah pelacakan virus Covid-19 malah berkurang pada akhir Maret,.

"Esensi utama dari tracing adalah penahanan, isolasi disiplin dan karantina." kata Masdalina Pane yang juga anggota subdivisi tracing gugus tugas Covid-19 nasional.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: CNA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x