Pasalnya, kondisi WNI yang masih menantikan kabar mengani karantina dalam waktu yang lama, disebut dimanfaatkan oleh calo hotel untuk mendapatkan uang.
Bahkan Rocky Gerung menilai jika negara tidak peduli dengan nasib yang dialami para WNI tersebut.
"Hotel 'kan 20 juta, itu gaji setengah tahun mereka kerja di negara-negara di sana. Jadi terlihat sebetulnya enggak ada kepedulian negara," kata Rocky Gerung.
Menunggu selama 2-3 jam merupakan hal yang wajat, tetapi ketika penantian untuk mendapatkan tempat karantina berlangsung hingga puluhan jam, Rocky Gerung menyebutkan ada yang tidak beres.
"Kalau 20 jam terlantar, itu artinya ada desain untuk mengarahkan mereka pada pusat-pusat pengumpulan uang yaitu lobi-lobi hotel di sekitar bandara.
Itu ketidakdilan yang kasat mata. Saya kira pengamat internasional juga tahun bahwa tidak mungkin bandara sebesar itu menelantarkan karena tidak ada petugas," ujar Rocky Gerung.
Pemerintah disebut bisa menurunkan relawan atau petugas terkait untuk memberikan atau mencatat terkait penggunaan akomodasi untuk karantina, seperti diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul "Pemerintah Disebut Sengaja Buat Desain Telantarkan WNI di Bandara Soekarno-Hatta Selama 20 Jam".
"Akhirnya orang menganggap sengaja dicegah supaya uangnya itu yang dikumpulkan hari per hari masuk kantong oligarki yang adalah pemilik hotel.