Kelompok Teroris Bisa Rekrut Anggota Baru Saat Dunia Sibuk dengan Pandemi Corona

- 9 Mei 2020, 03:26 WIB
ILUSTRASI terorisme.*
ILUSTRASI terorisme.* /MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA/

Ali Kalora bersama kelompoknya, Mujahidin Indonesia Timur (MIT), diduga menyerang aparat keamanan di Poso, Sulawesi Tengah pada April 2020.

Dalam aksi itu, salah satu mantan narapidana terorisme, Ali alias Darwin Gobel diyakini ikut terlibat.

Noor Huda Ismail berpendapat, kelompok yang paling rentan disusupi seruan itu adalah mantan narapidana teroris.

"Dari 900 narapidana terorisme, hampir 80-an yang kembali (beraksi). Temuan yang menarik, saat mereka kembali, 75 persennya punya posisi yang meningkat. Misalnya Ali Darwin, dulu dia ditangkap karena terlibat perencanaan, tetapi ketika dia ‘main’ lagi, dia sudah terlibat aksi dan ikut menembak," ujar Noor Huda Ismail.

“Selain itu, sekira 13 persen dari mantan narapidana terorisme juga ada yang kembali beraksi, tidak lagi di dalam negeri, tetapi di luar negeri, misalnya jadi kombatan di Moro, Filipina, dan Afghanistan,” kata dia.

Temuan lain yang perlu jadi perhatian adalah upaya rekrutmen anggota yang dilakukan narapidana terorisme ke tahanan lain selama di penjara.

"Ketika di penjara, kelompok teroris juga melakukan rekrutmen. Ini saya sebutnya teroris hybrid. Contohnya Juher, mantan narapidana umum, jika tidak salah karena kasus narkoba. Ketika bebas dan tertangkap, ya memanfaatkan pandemi Covid-19 dan terlibat. Senjata-senjata melalui jaringan itu dia dapatkan. Artinya, ini jadi pekerjaan rumah bersama," ujar Noor Huda Ismail.***

Halaman:

Editor: Yusuf Wijanarko

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x