Ramai-ramai Beli Baju Lebaran di Tengah Pandemi, DPR: Semua Pihak Harus Bijak Sikapi Fenomena Ini

- 23 Mei 2020, 12:32 WIB
WARGA berbelanja pakaian yang dijual pedagang kaki lima di Jalan Jati Baru II, Tanah Abang, Jakarta pada Senin 18 Mei 2020.*
WARGA berbelanja pakaian yang dijual pedagang kaki lima di Jalan Jati Baru II, Tanah Abang, Jakarta pada Senin 18 Mei 2020.* /Antara/

PIKIRAN RAKYAT - Lebaran segera tiba. Berbicara tentang lebaran, salah satu yang paling sering dilakukan masyarakat adalah membeli baju baru untuk digunakan saat Lebaran.

Sepekan terakhir pun, masyarakat mulai berbondong-bondong membeli baju lebaran meski kondisinya masih di tengah pandemi virus corona yang hingga kini masih belum juga mereda.

Fenomena ini terlihat di beberapa daerah di Indonesia, akibatnya banyak masyarakat tidak menjalankan protokol kesehatan terkait pencegahan virus corona, sesuai apa yang disampaikan oleh pemerintah.

Baca Juga: Dokter AS Sebut Karantina Tidak Diperlukan karena Virus Corona Tidak Mematikan, Simak Faktanya 

Melihat fenomena yang terjadi di masyarakat, anggota DPR RI Dedi Mulyadi menyarankan agar jam operasional pasar tradisional dan toko pakaian diperpanjang.

Hal tersebut dilakukan untuk menghindari desak-desakkan warga yang membeli baju baru menjelang Lebaran, meski di tengah pandemi COVID-19.

"Bagi masyarakat tertentu, membeli baju Lebaran itu suatu hal yang istimewa. Jadi itu sulit dihindari," ujar Dedi sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Antara.

Ia menyampaikan agar berbagai pihak bijak menyikapi fenomena kerumunan warga yang membeli baju baru di toko pakaian dan pasar tradisional menjelang lebaran, di tengah pandemi COVID-19 seperti saat ini.

Baca Juga: Hadapi Kejuaraan MTQ Internasional 2021, Qari Asal Riau Jadi Perwakilan Indonesia 

Menurut dia, beli baju baru menjelang lebaran menjadi hal istimewa karena bisa jadi ada masyarakat tertentu yang hanya membeli baju baru saat menjelang Lebaran.

"Begitu juga mereka yang membeli daging sapi menjelang lebaran, ini juga merupakan peristiwa sakral bagi mereka. Jadi tak bisa dihindari," kata Dedi.

Legislator dari Partai Golkar ini mengatakan, persoalan utama yang muncul adalah terjadinya antrean dan berdesakannya orang di pasar tradisional maupun toko pakaian.

Apalagi sudah sebulan ini banyak toko pakaian tutup. Kondisi itu tentu rentan menyebabkan penyebaran virus corona.

Baca Juga: UU Keamanan Baru Batasi Demokrasi di Hong Kong, AS Sebut Tiongkok Lalai dari Komitmen Awal 

Atas hal tersebut, menurutnya perlu ada ikhtiar untuk mengatur jam operasional pasar tradisional dan toko pakaian, agar tidak terjadi antrean dan berdesakan.

Lebih lanjut Dedi mengatakan, "Sekarang ini kan jam operasional pasar tradisional dan toko pakaian dibatasi. Ini yang menyebabkan terjadinya penumpukan orang," ujar Dedi.

Sebaiknya jam operasional pasar dan toko pakaian diperpanjang seperti dari pukul 5.00 WIB hingga 21.00 WIB.

Dengan begitu ada pilihan waktu bagi warga untuk berbelanja sehingga pasar tidak terlalu padat.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x