Jadi Perbincangan Hangat Warganet di Twitter, Habib Nabiel Bantah DN Aidit Keturunan Habaib

- 25 September 2020, 21:54 WIB
DN Aidit saat menghadiri acara Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin tahun 1958.
DN Aidit saat menghadiri acara Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin tahun 1958. /

 

PR BEKASI – Dewan Syuro Majelis Rasulullah, Habib Nabiel al-Musawa mengklarifikasi masalah seputar garis keturunan tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) DN Aidit yang disebut-sebut keturunan habaib.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI, dirinya memastikan bahwa Aidit bukan merupakan keturunan habaib.

"Bedakan marga al-Aidid (habaib) dan DN Aidit, DN Aidit bukanlah Habaib, sudah dibantah panjang lebar dan dijelaskan secara rinci nasabnya oleh Rabithah Alawiyyah Pusat Indonesia tentang hal ini," katanya lewat akun Twitter @nabiel_almusawa, Jumat, 25 September 2020.

Baca Juga: Tetap Waspada, LIPI sebut Gempa dan Tsunami Raksasa Akan Terjadi secara Berulang-ulang

Diketahui bahwa isu yang menyebutkan Aidit merupakan keturunan habaib tersebut menjadi perbincangan warganet di Twitter.

Sebelumnya, Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Zen Umar Smith menyebut jika DN Aidit bukanlah anak cucu Alawiyyin.

Menurutnya, hal itu perlu ditegaskan, karena menyangkut marga Aidid dan salah satu dalang pemberontakan G/30S PKI.

Baca Juga: Kasus Positif Melonjak, Luhut Binsar Pandjaitan: Bodetabek Harus Diperketat Seperti Jakarta

Nama baik Marga al-Aidid yang tersohor dan diabadikan dalam kamus-kamus ensiklopedia, kata dia, tercoreng oleh gembong PKI.

Bahkan menurutnya, nama DN Aidit itu, dianggap akan menjelekkan nama baik semua marga Alawiyyin pada umumnya.

Bahkan, Habib Zen menyatakan bisa berdampak pada nama baik Sayyidina Husain RA sebagai anak cucu Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: DN Aidit Jadi Perbincangan Warganet, dari Ucapan sang Putra hingga Disebut Keturunan yang Habaib

‘’D.N Aidit bukanlah anak cucu Alawiyyin, karena silsilah nasabnya tidak ditemukan dalam kitab pegangan yang dijadikan pedoman lembaga nasab yang ada di Indonesia,’’ ujar dia dalam keterangan resmi, Kamis, 24 September 2020.

Dia menjelaskan, berdasarkan penuturan atau fatwa dari para sesepuh Alawiyyin, nasab itu dimulai saat hijrah pedagang Arab dari marga al-Aidid ke Kota Pelembang.

Hal itu, menurutnya juga dikuatkan sumber-sumber dari media cetak yang terbit dalam kurun waktu 1960.

Baca Juga: Berlama-lama Melayang di Langit, Air Canada Tawarkan Perjalanan Tanpa Batas Saat Pandemi

“Pedagang itu menikah dengan seorang janda penduduk setempat yang telah mempunyai seorang anak bernama Nuh,’’ katanya.

Nuh, sambung dia, menjadi anak angkat dari saudagar Arab tersebut dan menganggap dirinya sebagai keturunan marga al-Aidid.

Namun, karena adanya cara penulisan Aidid dari waktu ke waktu, maka nama Aidid dia sebut berubah menjadi Aidit oleh bahasa setempat.

Baca Juga: Kasus Positif Kembali Cetak Rekor di Angka 4.823, Wiku Adisasmito Sebut 4 Kesalahan Masyarakat

"Jelasnya huruf D pada akhir kata Aidid diganti dengan huruf T, sehingga namanya menjadi Nuh Aidit. Setelah Nuh Aidit dewasa dia menikah, dan dari pernikahannya lahirlah seorang anak laki-laki yang bernama ‘Jakfar’," kata dia.

Lanjut Zen, setelah Nuh dan istrinya meninggal dunia, Jakfar bin Nuh dibawa ke Jakarta dan diasuh keluarga pamannya (adik ibu).

Jauh setelah itu, tepatnya ketika Jakfar bin Nuh dewasa, dia terpengaruh ajaran-ajaran komunis, sehingga menjadikannya bagian dari anggota Partai Komunis Indonesia.

Baca Juga: 3 Maskapai Penerbangan Bandel Langgar Protokol Kesehatan, Kemenhub Beri Denda Hingga Rp300 Juta

“Selanjutnya dia mengganti namanya dengan Dipa Nusantara Aidit yang kelak merupakan gembong komunis di Indonesia," katanya.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah