Menanggapi dugaan melempemnya Anies di hadapan Habib Rizieq dan FPI, Teddy Gusnaidi menyebut bahwa para kepala daerah dan calon kepala daerah tidak berani menindak sebab butuh suara kelompok tersebut untuk pilkada.
"Kenapa para kepala daerah dan calon kepala daerah tidak berani menyatakan perang terhadap kelompok intoleransi yg mengatasnamakan agama? Ya karena mereka butuh suara kelompok tsb untuk pilkada," kata Teddy Gusnaidi dalam akun Twitter-nya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Sabtu, 21 November 2020.
Kenapa para kepala daerah dan calon kepala daerah tidak berani menyatakan perang terhadap kelompok intoleransi yg mengatasnamakan agama?
Ya karena mereka butuh suara kelompok tsb untuk pilkada.
Inilah mengapa saya katakan, Pilkada langsung menyuburkan radikalisme di Indonesia— Teddy Gusnaidi (@TeddyGusnaidi) November 20, 2020
Anggota Dewan Pakar Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu mengungkap, pembiaran tersebut justru menyuburkan paham radikalisme di Indonesia.
Baca Juga: Tidak Berizin, Aksi Tolak HRS di Solo Dibubarkan Pihak Kepolisian
"Inilah mengapa saya katakan, Pilkada langsung menyuburkan radikalisme di Indonesia," tutur Teddy Gusnaidi.
Sebagai informasi, sejumlah baliho yang dipasang FPI dan simpatisan Habib Rizieq mendapat tindakan tegas dari Pangdam Jaya berupa pencopotan.
Mayjen Dudung menilai, beberapa baliho Habib Rizieq ditemukan mengandung kalimat provokatif dan ajakan revolusi.
Baca Juga: Ma'ruf Amin Siap Bertemu Habib Rizieq, Ferdinand Hutahaean: Jangan Hinakan Negara Ini Pak
Perwira tinggi itu menyampaikan telah memberi perintah kepada anggota Kodam Jaya untuk menertibkan spanduk dan baliho ajakan provokatif.
"Itu perintah saya, berapa kali Satpol PP turunkan dinaikkan lagi. Jadi, siapa pun di Republik ini. Ini negara hukum harus taat hukum. Kalau pasang baliho, jelas aturan bayar pajak, tempat ditentukan. Jangan seenak sendiri, seakan-akan dia paling benar," kata Mayjen Dudung.