Studi Terbaru Ungkap Polusi Bahan Bakar Fosil Jauh Lebih Berbahaya dari Sebelumnya

9 Februari 2021, 20:05 WIB
Ilustrasi bensin yang merupakan salah satu jenis bahan bakar fosil. /PIXABAY /

PR BEKASI – Sebuah hasil penelitian terbaru yang diterbitkan pada Senin, 8 Februari 2021 menyebutkan bahwa polusi bahan bakar fosil menyebabkan satu dari lima kematian dini secara global.

Hal tersebut menunjukkan dampak kesehatan dari polusi hasil pembakaran batu bara, minyak dan gas alam mungkin jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Beberapa wilayah seperti China, India, Eropa, dan Amerika Serikat bagian timur laut termasuk di antara daerah yang paling parah terkena dampak polusi bahan bakar fosil.

Baca Juga: Harga Bitcoin Melambung, Hampir Sentuh Nilai Angka 1 Miliar

Wilayah tersebut menderita bagian yang sangat tinggi dari 8.7 juta kematian tahunan yang disebabkan oleh polusi bahan bakar fosil.

Hasil penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Research itu memberikan penilaian paling rinci tentang kematian dini akibat polusi bahan bakar fosil hingga saat ini.

Hasil penelitian lain pada 2017 lalu menyebutkan jumlah kematian tahunan dari semua materi partikulat udara luar, termasuk debu dan asap dari luka bakar pertanian dan kebakaran hutan berada di angka 4.2 juta.

Baca Juga: Jajan Hemat di Kantin Hingga Staycation di Hotel, Pakai ShopeePay Dapatkan Cashback 30 Persen

Hal tersebut dikatakan oleh seorang ahli kimia atmosfer di University College London, Inggris yang juga merupakan anggota tim penelitian tersebut, Eloise Marais.

"Penelitian kami jelas tidak terisolasi dalam menentukan dampak besar pada kesehatan karena paparan polusi udara, tapi kami terpesona oleh seberapa besar perkiraan yang kami peroleh," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters.

Penelitian sebelumnya berdasarkan data satelit dan observasi di darat telah berjuang untuk membedakan polusi yang disebabkan oleh polusi bahan bakar fosil dari sumber partikulat berbahaya lainnya, seperti kebakaran hutan atau debu.

Baca Juga: Beredar Isu Reshuffle Kabinet, M Qodari: Peluangnya Sangat Besar, Beda Sama Zaman Pak Harto

Tim dari tiga universitas di Inggris dan Universitas Harvard berupaya untuk mengatasi masalah ini dengan menggunakan model resolusi tinggi.

Hal tersebut dilakukan untuk memberikan indikasi yang lebih jelas tentang jenis polutan yang dihirup orang di area tertentu.

Dengan meningkatnya keprihatinan atas peran pembakaran bahan bakar fosil dalam menyebabkan perubahan iklim, para peneliti berharap kepada studi hasil penelitian 2018.

Baca Juga: Bule Ini Akui Dideportasi Usai Kritik Jokowi, Gus Nadir: Soalnya Dukung Anies Sih

Hal tersebut diharapkan akan memberikan dorongan lebih lanjut bagi para pemimpin dunia untuk mempercepat peralihan ke energi yang lebih bersih.

Hal tersebut dikatakan oleh Joel Schwartz, seorang ahli epidemiologi lingkungan di Harvard T.H. Chan School of Public Health.

"Kami berharap bahwa dengan mengukur konsekuensi kesehatan dari pembakaran bahan bakar fosil," katanya.

Baca Juga: Kwik Kian Gie Takut Diserang Buzzer, Iwan Fals: Sekarang yang Dikritik Nyantai-Nyantai Aja

"Kami dapat mengirimkan pesan yang jelas kepada pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan tentang manfaat transisi ke sumber energi alternatif." sambungnya.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler