Minta Belajar Tatap Muka SD Kembali Dibuka, Dedi Mulyadi: Tidak Cocok untuk Pedesaan

5 Agustus 2020, 16:05 WIB
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi.* /ANTARA/

PR BEKASI - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi meminta pemerintah menghentikan kegiatan belajar mengajar secara daring bagi pelajar sekolah dasar di wilayah perdesaan dan kembali membuka sistem belajar tatap muka.

"Belajar online untuk mencegah penularan COVID-19 itu tidak cocok bagi siswa SD di perdesaan," kata Dedi Mulyadi dalam sambungan telepon yang diterima Antara di Karawang, Rabu, 5 Agustus 2020.

Ia menyarankan agar belajar tatap muka di desa yang sudah bebas covid-19 bisa segera dilakukan, terutama untuk sekolah dasar.

Baca Juga: Ucapan Belasungkawa #PrayforLebanon dan Bantuan Kemanusiaan Mengalir, dari PBB hingga Negara Musuh 

Mantan Bupati Purwakarta ini mengatakan, sistem belajar daring untuk siswa SD di pedesaan tidak akan efektif. Karena rata-rata mereka tidak memiliki ponsel. Selain itu, untuk siswa SD, belajar membaca dan menulis via daring tidak akan berhasil.

"Siswa SD itu butuh panduan langsung dari guru, terutama untuk belajar membaca dan menulis. Kalau daring akan sulit," kata Dedi.

Dikatakannya, belajar daring hanya cocok untuk siswa SD di wilayah perkotaan. Karena umumnya siswa SD di wilayah perkotaan sudah bisa membaca dan menulis sebelum masuk SD.

Sarana pendukung belajar daring juga rata-rata sudah tersedia dan memadai di wilayah perkotaan. Bahkan siswa SD di kota umumnya sudah terbiasa memakai gawai dan jaringan internetnya juga tersedia.

Baca Juga: Ledakan Besar Beirut 'Guncang' Dunia, Pemimpin Negara Kirim Pesan Duka #PrayforLebanon 

Dedi Mulyadi mengatakan, untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar tatap siswa SD, itu memerlukan syarat, di antaranya tenaga pengajarnya harus melakukan tes swab terlebih dahulu.

Tak hanya itu, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dilakukan secara daring di masa pandemi banyak mendapat keluhan baik dari siswa maupun orang tua siswa.

Namun, dari hasil evaluasi yang dilakukan Mendikbud beberapa waktu lalu, Nadiem Makarim menyebutkan bahwa PJJ selama masa pandemi Corona ini menunjukkan hasil yang variatif di setiap daerah. Ada yang berjalan efektif dan sebaliknya.

Baca Juga: Ledakan di Lebanon Dinilai Janggal, Pengamat: Saya Duga Disabotase, Seperti Kasus Bom Bali 

Namun Nadiem Makarim sendiri sepakat dengan apa yang disebutkan oleh Dedi Mulyadi, bahwa di beberapa daerah, khususnya daerah terpencil dan tertinggal, kendala utama siswa dalam PJJ ini adalah akses internet. Namun secara nasional mayoritas siswa di Indonesia sudah bisa menikmati layanan internet.

"Jadi isu utamanya banyak dari mereka justru bukan internetnya, tapi membayar kuotanya," katanya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler