Allah SWT Akan Murka, Ternyata Ini Azab bagi Pemimpin yang Suka Bohongi Rakyatnya

13 November 2020, 12:56 WIB
Potret presiden Indonesia dari waktu ke waktu. /Pemimpin.id

PR BEKASI - Semakin tinggi jabatan maka akan semakin besar juga tanggung jawab yang diemban seseorang. Terutama bagi seorang presiden karena Ia akan mengemban dan menjaga kepercayaan rakyat yang dipimpinnya.

Pertanyaan pun kerap timbul, apakah dosa bagi seorang pemimpin jika berbohong atau berkhianat kepada rakyatnya lebih besar daripada dosa berbohong pada umumnya?

Ternyata, di antara tipe manusia yang sangat dibenci dan diberikan hukuman yang berat oleh Allah adalah raja atau presiden atau kepala negara atau pejabat pemerintah yang suka membohongi rakyatnya.

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Baca Juga: Jujur-jujuran tentang Insiden Matikan Mic, Puan Maharani: karena Anggota Tersebut Terus Bicara

"Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak Allah sucikan, tidak Allah lihat, dan bagi mereka siksa yang menyakitkan: orang tua yang berzina, raja yang suka berdusta, dan orang miskin yang sombong. (HR. Ahmad 10227, Muslim 107, dan al-Baghawi 3591).

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Konsultasi Syariah, dari hadis tersebut dapat diketahui, kerasnya hukuman yang Allah berikan kepada pemimpin yang suka berbohong, yaitu:

  • Tidak akan diajak bicara oleh Allah
  • Tidak Allah sucikan
  • Tidak Allah lihat
  • Baginya siksa yang menyakitkan

Baca Juga: Ustaz Maheer Marah dan Sebut Nikmir 'Lonte Oplosan' hingga Ancam Kepung Rumahhya Jika Tak Minta Maaf

Anda bisa bayangkan ketika ada orang yang dihukum, dicampakkan ke dalam neraka, kemudian dia dilupakan dan tidak dipedulikan. Bagaimana dia bisa berharap untuk bisa selamat. 

Suatu hari, Hasan al-Bashri – ulama besar zaman tabi’in – menangis. Hingga para sahabatnya bertanya, “Apa yang menyebabkan Anda menangis?” Beliau pun menjawab:

"Aku takut, besok Allah akan membuangku ke neraka, kemudian dia tidak mempedulikanku. (at-Takhwif min an-Nar, hlm. 34)

Baca Juga: Bakar Hutan Papua Seluas Seoul, Bintang Emon: Tamunya Sangat Dikasih Kebebasan oleh 'Pejabat RT'

Mengapa hukuman mereka sangat berat?

Yang menjadi pertanyaan, mengapa mereka diberi hukuman sangat berat ketika melakukan pelanggaran seperti itu? Padahal yang namanya berzina, berdusta, atau sombong, juga dilakukan oleh manusia lainnya.

Jika kita perhatikan, tiga karakter manusia di atas, keadaannya sangat kontra dengan kesalahan dan dosa yang dia kerjakan. Karena faktor dan dorongan untuk melakukan kemaksiatan itu sangat lemah dibanding umumnya manusia.

Seperti yang kita tahu, umumnya manusia melakukan maksiat karena adanya dorongan kebutuhan. Pemuda berzina, karena dia tidak sanggup menahan nafsu birahinya. Orang terdesak yang berbohong, karena dia ingin menyelamatkan diri. Orang kaya yang sombong, karena merasa bangga dengan harta yang dimiliki. 

Baca Juga: Masih Pandemi, DPRD DKI Jakarta Minta Reuni Akbar 212 Ditunda hingga Tahun Depan

Namun seorang pemimpin berbeda, faktor-faktor yang mendorong mereka melakukan maksiat cenderung hampir tidak ada.

Al-Qodhi Iyadh menjelaskan sebab hal ini, "Sebabnya, karena ketiga orang di atas, melakukan maksiat seperti yang disebutkan, sementara dia sangat tidak membutuhkan maksiat itu, dan lemahnya dorongan untuk melakukannya."

Meskipun semua orang tidak boleh melakukan maksiat, namun ketika ada orang yang sama sekali tidak ada dorongan untuk melakukannya, maka ketika dia melakukannya sama seperti orang yang menentang Allah dan meremehkan hak Allah, serta melakukan maksiat, bukan karena dorongan kebutuhan.

Orang tua, dengan kesempurnaan akalnya dan pengalamannya karena telah lama makan asam garam selama hidup serta lemahnya kekuatan jima dan syahwat terhadap wanita, yang semua kondisi ini membuat dia malas melakukan hubungan badan yang halal, maka bagaimana lagi dengan zina yang haram? 

Baca Juga: Masih Pandemi, DPRD DKI Jakarta Minta Reuni Akbar 212 Ditunda hingga Tahun Depan

Namanya pendorong zina, masih muda, aktif, agresif, pengalaman kurang, dorongan syahwatnya besar karena lemah akal, dan usia yang masih remaja.

Demikian pula imam, apa yang ditakutkan terhadap rakyatnya sehingga dia tidak butuh basa-basi, pencitraan dibuat-buat. 

Karena umumnya manusia melakukan basa-basi dengan dusta dan mengelabui orang yang dia takuti serta mengancamnya, atau karena dia ingin mendapatkan posisi dan manfaat dengan mendekat ke penguasa. 

Sementara penguasa, dia sama sekali tidak butuh berdusta. Demikian pula orang miskin yang tidak memiliki harta. 

Baca Juga: Kerap Difitnah Warganet, Model Ini Rela Bayar Ratusan Juta untuk Buktikan Keaslian Bokongnya

Umumnya penyebab orang bertindak sombong, bangga, dan merasa lebih tinggi dari orang lain adalah kekayaan dunia. Karena ini bisa ditampak-tampakkan dan pemiliknya butuh untuk itu. 

Karena itu, ketika orang miskin sama sekali tidak memiliki modal untuk sombong, lalu mengapa dia sombong, dan meremehkan orang lain.

Sehingga perbuatan orang miskin yang sombong, orang tua yang berzina, dan penguasa yang suka berdusta hanya karena mereka meremehkan hak Allah ta’ala. Allahu a’lam

(Syarh Shahih Muslim, an-Nawawi, 2/117).***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: KonsultasiSyariah.com

Tags

Terkini

Terpopuler