4. Hindari Berciuman Secara Bernafsu
Ciuman suami kepada istrinya atau sebaliknya tidak membatalkan puasa. Hal itu berdasarkan hadis:
عَنْ عُمَرُ بْنِ الْخَطَّابِ -رضياللهُ عَنه- أَنَّهُ قَالَ هَشَشْتُ يَوْمًا فَقَبَّلْتُ وَأنَا صَائِمٌ فَأَتَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ صَنَعْتُ الْيَوْمَ أَمْرًا عَظِيْمًا قَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- أَرَأَيْتَ لَوْ تَمَضْمَضْتُ بِمَاءٍ وَأَنْتَ صَائِمٌ فَقُلْتُ لاَبأْسَ بِذَالِكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- فَفِيْمَو (رواه أبو داود وأحمد)
Artinya : Diriwayatkan dari Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata: Pada suatu hari saya merasa ingin, lalu saya mencium (istri saya) padahal saya sedang berpuasa, maka saya datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata: Saya telah melakukan perkara besar. Saya mencium (istri saya) ketika saya sedang berpuasa.
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam balik bertanya: Bagaimana menurutmu jikalau kamu berkumur-kumur dengan air padahal ketika engkau sedang berpuasa? Maka saya menjawab: Hal itu tidak mengapa. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menimpali: Demikian juga ciuman. (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Namun, ciuman pantang dilakukan bagi orang berpuasa apabila disertai berahi dan rangsangan nafsu seksual.
Rasulullah SAW sendiri diriwayatkan pernah mencium istrinya ketika sedang puasa dan puasanya tidak dinyatakan batal karena ciuman beliau tidak disertai nafsu.
عَنْ عَائِشَةَ قَلَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يُقَبِّلُ وَهُوَ صَائِمٌ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ ولَكِنَّهُ كَانَ لَكُمْ أَمْلَكَكُمْ لِإِرْبِهِ. (رواه الحماعة إلاّ النسائي)