Network
PR BEKASI - Siapa sih yang tidak mengenal sosok Kak Seto? Jika kamu anak 80an pasti mengenal Kak Seto lewat tayangan di TVRI dengan karakter ciptaan si Komo. Mungkin sekarang Kak Seto lebih dikenal sebagai Aktivis Perlindungan Anak.
Ia kerap muncul di pemberitaan saat ada korban kekerasan yang masih berusia kanak-kanak.
Seto Mulyadi nama lengkap dari Kak Seto baru saja merayakan ulang tahunnya ke-69 dengan cara yang unik yaitu menjadi pemulung untuk mengenang masa lalunya.
Wah memang seperti apa sih masa lalu Kak Seto? Yuk, kita cari tahu?
Baca Juga: Fachrul Razi Tepis Isu RUU Cipta Kerja Ancam Eksistensi Pesantren dan Berpeluang Pemidanaan Ulama
Dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI, berikut profil singkat Seto Mulyadi atau Kak Seto.
Kak Seto adalah mahasiswa psikologi dari Universitas Indonesia. Dia pun pernah mengisi salah satu acara di stasiun TVRI, satu-satunya stasiun televisi yang menyuguhkan tontonan bermutu bagi anak-anak pada saat itu.
Hal ini berawal dari kecintaan terhadap anak-anak, pria kelahiran Klaten 28 Agustus 1951 ini memulai kariernya secara tidak sengaja.
Mulanya pria yang akrab disapa Kak Seto ini hijrah ke Jakarta lantaran kecewa tidak diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga maupun Universitas Indonesia.
Baca Juga: 9 Drama Korea Terbaru yang Tayang September 2020, Berikut Sinopsis Love Revolution hingga AMANZA
Dari kekecewaannya itu, ia memutuskan untuk pindah ke Jakarta meski tanpa bekal dan keahlian apa pun. Di sana, ia memulai hidup dengan kerja serabutan sembari menunggu tes Fakultas Kedokteran tahun berikutnya.
Tidak berjodoh dengan Fakultas Kedokteran, Kak Seto lantas memutar tujuan dan masuk Fakultas Psikologi atas saran Pak Kasur yang ia kenal sejak ia menjadi asisten pemilik Taman Kanak-kanak.
Namun, siapa sangka di sinilah karirnya mulai beranjak. Percaya diri dan optimis tinggi, itulah Kak Seto. Perkenalannya pada Pak Kasur dan Bu Kasur lah yang membuat namanya berkibar.
Menjadi asisten Pak Kasur adalah pekerjaan ayah empat anak kala itu yang kemudian dilanjutkan dengan mengisi acara Aneka Ria Taman Kanak-kanak bersama Henny Purwonegoro.
Baca Juga: ICEL: Kantong Belanja Bioplastik Bukan Solusi untuk Kurangi Pencemaran Lingkungan, Ini Alasannya
Di sana, suami dari Deviana ini mendongeng, mengisi acara belajar sambil bernyanyi, dan bermain sulap bersama anak-anak.
Ilmu yang didapat dari Pak Kasur kemudian ia gabungkan dengan ilmu yang ia miliki, yakni teknik sulap yang telah ia pelajari sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Sedangkan ilmu mendongeng didapat melalui belajar dan berdasarkan pengalamannya.
Menjadi bagian dari anak-anak memang dituntut untuk selalu kreatif, menyeimbangi pikiran-pikiran kreatif, dan penuh imajinasi.
Saat itulah karakter Si Komo diciptakan oleh saudara kembar Kresna Mulyadi ini. Berupa boneka Si Komo dan lagu yang diciptakan, karakter Si Komo menguat dan banyak dikenal.
Baca Juga: Peneliti LIPI: Mutasi Virus Corona D614G Terdeteksi dari Surabaya hingga Jakarta
Acaranya banyak ditunggu dan membuat namanya kian tenar, kondisi perekonomiannya pun membaik.
Kesuksesan inilah yang kemudian mengantarkan Kak Seto memborong beberapa penghargaan seperti The Outstanding Young Person of the World, Amsterdam; kategori Contribution to World Peace dari Jaycess International pada 1987.
Kini, pendiri Yayasan Mutiara Indonesia dan Yayasan Nakula Sadewa ini menjabat sebagai Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak sejak 1998.
Kecintaannya pada anak-anak jugalah yang mengantarkannya membagi kisah lewat buku yang ia tulis "Anakku, Sahabat, dan Guruku".
Baca Juga: Lirik Ice Cream BLACKPINK-Selena Gomez Diduga Lecehkan Umat Islam, Penulis Ungkap Rahasia Liriknya
Wah, sungguh menginspirasi ya sosok Kak Seto, ayo bagi kamu yang tidak diterima di fakultas yang kamu inginkan, mungkin Tuhan punya rencana lain buat kamu.***
