Usia Kepala 4, Gaji Satu Digit dan Punya Anak, Ini 5 Tips Merencanakan Keuangan

- 28 Agustus 2020, 08:59 WIB
Ilustrasi keuangan
Ilustrasi keuangan /Pixabay/stevepb/

PR BEKASI - Bergaji satu digit di usia kepala empat memang jadi kendala, terutama bagi seorang pencari nafkah tunggal di keluarga.

Adanya inflasi tahunan tentu menjadi tantangan tersendiri. Hal itu disebabkan karena kenaikan harga barang dan jasa tidak akan pernah bisa dihindari

Berikut tips dari Lifepal.co.id untuk para pencari nafkah tunggal dengan gaji satu digit, yang hidup di Jakarta, termasuk tips mengendalikan pengeluaran, menyiapkan dana darurat, dana pensiun, tips membeli asuransi kesehatan, hingga investasi.

Baca Juga: Intip Spesifikasi Mobil Listrik Pertama Pabrikan Honda, Tanpa Kaca Spion

1. Tetap jaga kesehatan arus kas bulanan

Bisa disimpulkan bahwa seorang yang sudah berumah tangga, pencari nafkah tunggal, punya anak, bergaji gaji di bawah Rp8 juta dan hidup di Jakarta, adalah seorang yang wajib berhati-hati dalam mengatur keuangan.

Anggap saja, dalam sebulan seseorang harus mencukupi pengeluaran seperti di bawah ini:

Dengan gaji bersih Rp8 juta per bulan dan total pengeluaran mencapai Rp6,2 juta per bulan, maka surplus kas bersih bulanan yang bisa didapat adalah Rp1,8 juta.

Dengan uang Rp1,8 juta, sejatinya besaran ini bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan dana pendidikan anak hingga jenjang S1 atau berinvestasi demi masa depan. Namun terkadang tuntutan hiburan sang anak juga akan menelan biaya besar.

Baca Juga: Rayakan Kelahiran Anak Pertama, Katy Perry dan Orlando Bloom Ajak Publik Donasi

Demi kesehatan keuangan, maka rencanakanlah sejak dini untuk tuntutan-tuntutan yang berkaitan dengan hiburan anak, dari sisa surplus kas bersih tersebut setelah Anda mengalokasikan dana untuk investasi, asuransi, dan dana darurat.

Jagalah kesehatan arus kas agar tetap berada di nilai positif. Jika arus kas bersih Anda negatif (minus), tambah penghasilan Anda atau potonglah pengeluaran.

2. Tak perlu menambah utang konsumtif

Tidaklah perlu berhutang untuk kebutuhan konsumtif atau yang berkaitan dengan hiburan anak. Sebut saja seperti membeli mainan, liburan ke luar kota, dan lain sebagainya.

Berhutanglah untuk hal yang positif sebut saja seperti untuk membeli aset, atau memajukan usaha. Karena keberadaan utang justru akan mengurangi nilai kekayaan bersih kita.

Baca Juga: New York Fashion Week Tetap Digelar Meski di Tengah Pandemi COVID-19

3. Dana darurat harus ideal, tidak boleh kurang atau lebih

Dana darurat sebesar 3 kali pengeluaran bulanan jelas kurang cocok bagi seorang yang
sudah berumah tangga dan memiliki satu tanggungan.

Enam bulan pengeluaran dirasa cukup untuk cadangan dana darurat. Memegang dana darurat terlalu banyak juga tidak baik. Hal itu disebabkan karena, hal itu membuat dana mengendap yang kita miliki menjadi makin besar.

Ketimbang dana tersebut menjadi dana yang tidak produktif, manfaatkan saja surplus arus kas bersih untuk memenuhi tujuan keuangan lainnya, seperti dana pendidikan anak, pengembangan dana, kebutuhan proteksi atau pensiun.

Baca Juga: Bersitegang dengan Yunani, Erdogan 'Ngadu' ke Donald Trump Bahas Mediterania Timur

4. Tidak menunda persiapan dana pensiun

Dari mana asalnya dana pensiun kita?

Halaman:

Editor: Rahmad Maulana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x