Meski Diperlukan, Konsumsi Suplemen Berisiko Picu Efek Samping

- 18 September 2020, 07:57 WIB
Ilustrasi suplemen yang dibutuhkan di masa penyakit pandemi covid-19 saat ini.
Ilustrasi suplemen yang dibutuhkan di masa penyakit pandemi covid-19 saat ini. /Pixabay

Baca Juga: Dongkrak Kesetaraan Gender di Berbagai Lini, PPPA Fokus Prioritas Pembangunan Pemberdayaan Perempuan 

Untuk menjaga sistem kekebalan, setidaknya ada dua jenis yang perlu dicukupi kebutuhannya, yakni vitamin C dan D.

Vitamin C larut dalam air yang secara alami ada di beberapa makanan seperti jeruk, stroberi, brokoli, dan tomat. Vitamin ini juga dikenal sebagai antioksidan yang memainkan peran penting dalam fungsi kekebalan.

Sementara vitamin D larut dalam lemak dan secara alami ada dalam beberapa makanan, seperti ikan berlemak, hati sapi, keju, dan kuning telur. Vitamin ini diproduksi di dalam tubuh ketika sinar UV dari matahari mengenai kulit dan memicu apa yang dikenal sebagai sintesis vitamin D.

Dalam tubuh, vitamin D dapat melakukan banyak hal termasuk memperkuat tulang, mengurangi peradangan, dan membantu fungsi kekebalan.

Baca Juga: Kasus Penemuan Jenazah Polisi, Polda Metro Jaya: Kemungkinan Dibegal atau Tabrak Lari 

Diketahui Vitamin C dan D merupakan contoh suplemen substansi sitentik dari suplemen immonumodulator.

Immunomodulator memiliki dua jenis yakni dengan substansi natural atau substansi sitentik. Sementara untuk substansi natural, seperti yang mengandung ekstrak Echinacea pupurea dan zinc picolinate.

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Inggrid Tania mengatakan, konsumsi immunomodulator yang bersifat immuno stimulan kuat bisa setiap hari antara 8 minggu - 16 minggu.

"Biasanya, jeda dua minggu sudah cukup. Setelah itu, kita bisa konsumsi kembali suplemen immunomodulator itu," kata dia.***

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x