Ribuan orang terdampar di Ibu Kota Bangladesh Hari Ini, Jelang Penerapan Kebijakan Lockdown Covid-19

28 Juni 2021, 15:52 WIB
Ribuan orang terdampar di Ibu kota Bangladesh pada Senin, 28 Juni 2021 hari ini menjelang penerapan kebijakan lockdown Covid-19. /Al Jazeera Munir Uz Zaman / AFP

 

PR BEKASI - Bangladesh tengah menjadi perhatian publik dunia saat ini.

Pasalnya, pada Senin, 28 Juni 2021 hari ini waktu setempat dikabarkan ribuan orang terdampar di ibu kota Bangladesh.

Penyebabnya yakni karena pihak berwenang menghentikan hampir semua transportasi umum menjelang pemeriksaan oleh petugas.

Langkah tersebut diberlakukan untuk memerangi penyebaran Covid-19 yang telah menelan banyak korban.

Baca Juga: Ulama Bangladesh Haramkan Pakai Emoji Tertawa untuk Ejek Pendapat Orang Lain

Selanjutnya, negara itu melaporkan 119 kematian pada hari Minggu, 27 Juni 2021 kemarin jumlah kematian harian tertinggi yang pernah ada dari pandemi Covid-19

Sementara itu, infeksi baru telah rata-rata sekitar 5.000 selama beberapa hari terakhir.

Para pejabat menyalahkan lonjakan kasus baru-baru ini pada varian Delta Covid-19 yang sangat menular yang pertama kali diidentifikasi di negara tetangga India.

Mayoritas dari 168 juta populasi negara Asia Selatan akan dikurung di rumah mereka pada hari Kamis sebagai bagian dari pembatasan, dengan hanya layanan penting dan beberapa pabrik yang menghadapi ekspor yang diizinkan beroperasi.

Baca Juga: Hapus Larangan Pergi ke Israel dalam Paspor Barunya, Bangladesh: Kami Tetap Dukung Palestina

Pengumuman lockdown memicu eksodus pekerja migran dari ibukota Dhaka ke desa-desa asal pada hari Minggu, dengan puluhan ribu orang berdesakan di feri untuk menyeberangi sungai besar.

Penerapan aturan lockdown yang terhuyung-huyung membuat ribuan pekerja di Dhaka terpaksa berjalan ke kantor mereka pada hari Senin, kadang-kadang selama berjam-jam, dalam panas musim panas yang terik.

Pada hari Senin ini terlihat banyak orang berjalan di jalan utama, sementara itu tempat kerja akan ditutup mulai Rabu, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Channel News Asia, Senin, 28 Juni 2021.

Namun, becak sepeda masih diizinkan beroperasi di menit-menit terakhir konsesi pemerintah terlambat pada hari Minggu, tetapi harga telah melonjak ke tingkat yang tidak terjangkau, kata para pengguna transportasi tersebut.

Baca Juga: Pemimpin Junta Myanmar Ragukan Kembalinya Muslim Rohingya yang Melarikan diri ke Bangladesh

"Saya mulai berjalan jam 7 pagi. Aku tidak bisa mendapatkan bus atau kendaraan lain. Saya tidak mampu membeli naik becak," kata Shefali Begum, 60, yang akan ke rumah putrinya di Dhaka tengah, kepada AFP.

Pembatasan aktivitas dan pergerakan diberlakukan di seluruh Bangladesh pada pertengahan April karena kasus dan kematian melonjak ke tingkat tertinggi mereka sejak awal pandemi.

Infeksi menurun pada bulan Mei tetapi mulai naik lagi bulan ini, memicu pembatasan yang lebih keras.

Negara ini telah melaporkan lebih dari 880.000 infeksi dan hanya lebih dari 14.000 kematian virus, tetapi para ahli mengatakan bahwa jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi karena kemungkinan kurang dilaporkan.

Para pejabat kesehatan di seluruh dunia telah khawatir dengan penyebaran cepat varian Delta, yang sekarang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia telah mencapai setidaknya 85 negara.

Lebih dari dua pertiga kasus virus baru di ibukota Bangladesh berasal dari varian Delta, sebuah studi terbaru oleh Pusat Internasional untuk Penelitian Penyakit Diare yang berbasis di Dhaka yang independen melaporkan.

Hingga berita ini ditulis belum diketahui kebijakan selanjutnya dalam menangani permasalahan yang ada di Bangladesh tersebut.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Channel New Asia

Tags

Terkini

Terpopuler