PBB Soroti Lonjakan Kelaparan dan Kekurangan Gizi di Dunia: Sebagian Besar Karena Pandemi Covid-19

13 Juli 2021, 10:12 WIB
PBB menyoroti lonjakan kelaparan dan kekurangan gizi di dunia dan menyebut bahwa sebagian besar disebabkan karena pandemi Covid-19. /Reuters/Carlos Garcia Rawlins


PR BEKASI - PBB melaporkan tingkat kelaparan dan kekurangan gizi di dunia memburuk secara dramatis tahun lalu.

PBB juga menyebutkan bahwa sebagian besar peningkatan yang kemungkinan disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Setelah hampir tidak berubah selama lima tahun, jumlah orang yang kekurangan gizi naik menjadi sekitar 768 juta pada tahun lalu.

Hal tersebut setara dengan 10 persen dari populasi dunia dan meningkat sekitar 118 juta dibandingkan 2019.

Baca Juga: Pakar PBB Sebut Permukiman Yahudi Israel di Palestina sebagai Kejahatan Perang

Laporan tersebut ditulis oleh badan-badan PBB termasuk Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Program Pangan Dunia (WFP) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Laporan tersebut adalah penilaian komprehensif pertama dari kerawanan pangan dan gizi sejak pandemi muncul.

"Sayangnya, pandemi terus mengekspos kelemahan dalam sistem pangan kita, yang mengancam kehidupan dan mata pencaharian. Tidak ada wilayah di dunia yang selamat," kata badan-badan PBB, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, Selasa, 13 Juli 2021.

Sementara itu, untuk laporan edisi 2021 di mana 'Keadaan Ketahanan Pangan dan Gizi di Dunia' memperkirakan pada tren saat ini.

Baca Juga: Pria Ini Ngaku Raja Kerajaan Sunda dan Hancurkan Motor di Bekasi: Negara Ini Sedang Diawasi PBB

Dengan tujuan pembangunan berkelanjutan PBB dari nol kelaparan pada 2030 akan meleset dengan selisih hampir 660 juta orang.

Angka tersebut 30 juta lebih tinggi daripada skenario di mana pandemi tidak terjadi.

"Ketakutan terburuk kami menjadi kenyataan. Membalikkan tingkat kelaparan kronis yang begitu tinggi akan memakan waktu bertahun-tahun jika tidak puluhan tahun," kata Arif Husain selaku kepala ekonom WFP.

Ada peningkatan momentum diplomatik pada tahun ini untuk mengatasi kelaparan dan kekurangan gizi dengan KTT mendatang.

Baca Juga: PBB Desak Segera Bongkar Rasisme Sistemik di Sejumlah Negara

Seperti KTT Sistem Pangan PBB dan KTT Nutrisi untuk Pertumbuhan, tetapi laporan tersebut menekankan bahwa tantangannya sangat besar.

Jumlah orang yang tidak dapat mengakses pangan yang cukup sepanjang tahun naik dari 320 juta menjadi 2.37 miliar pada tahun lalu, dan peningkatan dalam satu tahun sama dengan gabungan lima tahun sebelumnya.

Dari 768 juta orang yang kekurangan gizi, diantaranya 418 juta berada di Asia, 282 juta di Afrika, dan 60 juta di Amerika Latin dan Karibia.

Sedangkan di Afrika, sekitar 21 persen orang kekurangan gizi, dengan lebih dari dua kali lipat dari wilayah lain.

Baca Juga: PBB Desak Israel Hentikan Perluasan Permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur

"Di dunia yang berlimpah, kita tidak punya alasan bagi miliaran orang untuk kekurangan akses ke makanan sehat. Inilah sebabnya saya mengadakan KTT Sistem Pangan global September ini," kata António Guterres selaku Sekjen PBB.

"Berinvestasi dalam perubahan sistem pangan, kita akan memulai pergeseran ke dunia yang lebih aman, lebih adil, lebih berkelanjutan. Ini adalah salah satu investasi paling cerdas dan paling penting yang dapat kita lakukan," katanya.

Setelah menurun selama beberapa dekade, kerawanan pangan telah meningkat sejak pertengahan 2010-an, terutama di negara-negara yang terkena dampak konflik, iklim ekstrim, kemerosotan ekonomi, atau memerangi ketimpangan pendapatan yang tinggi.

Kepala WFP, David Beasley mengatakan bahwa sementara 41 juta orang saat ini berisiko mati kelaparan.

Di mana hal tersebut seperti kekayaan bersih gabungan dari miliarder dunia meningkat sekitar 5.3 miliar dolar atau Rp76 triliun per hari.

Sama dengan jumlah yang dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa mereka yang kelaparan di seluruh dunia.

"Fakta bahwa kami mengemis dan berteriak meminta untuk dana adalah aib di muka kemanusiaan," katanya, menambahkan.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler