Panti Asuhan di Kabul Kehabisan Uang, Terpaksa Kurangi Kurangi Porsi Makan Anak-anak

15 Oktober 2021, 13:10 WIB
Panti asuhan di Kabul mengalami krisis makanan karena uang tunai yang mulai menipis. /REUTERS/Jorge Silva/REUTERS/Jorge Silva.

PR BEKASI - Sebuah panti asuhan di Kabul mengalami krisis makanan karena uang tunai yang mulai menipis.

Ahmad Khalil Mayan selaku direktur di sebuah panti asuhan besar di Kabul, mengatakan bahwa dia mengurangi jumlah buah dan daging yang dia berikan kepada anak-anak setiap minggunya karena kehabisan uang.

Selama dua bulan terakhir, sejak Taliban menguasai Afghanistan, dia telah mati-matian menelpon dan mengirim email kepada para donatur yang sebelumnya mendukungnya.

Baca Juga: Baim Wong Akui Tak Tahu Adab pada Kakek Suhud Arif: Mau Bagaimana Pun, Dia Orang Tua

"Sayangnya, kebanyakan dari mereka telah meninggalkan Afghanistan," kata Mayan, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Jumat, 15 Oktober 2021.

"Ketika saya menelpon mereka atau mengirim email kepada mereka, tidak ada yang menjawab saya," katanya.

"Kami sekarang mencoba menjalankan tempat itu dengan sedikit uang dan dengan sedikit makanan," tambahnya.

Baca Juga: Squid Game Akan Jadi Konsep Acara Sungguhan, MrBeast Bersiap Jadi Tuan Rumah

Ada sekitar 130 anak di panti asuhan yang berusia tiga tahun ke atas.

Panti asuhan ini juga telah beroperasi selama lebih dari satu dekade, dan menyediakan tempat berlindung bagi mereka yang kehilangan kedua orang tua.

Di antara mereka adalah Samira yang berusia sembilan tahun, dari provinsi Badakhshan timur laut yang telah berada di panti asuhan selama hampir dua tahun.

Baca Juga: Viral Kehilangan Adiknya Selama 5 Tahun, Sang Kakak Cari di Twitter Langsung Ketemu

"Saya ingin mengabdi pada tanah air saya dan menyelamatkan orang lain dari penyakit, dan saya juga ingin gadis-gadis lain belajar sehingga mereka menjadi dokter seperti saya di masa depan," katanya.

Panti asuhan seperti ini memainkan peran besar di Afghanistan, di mana puluhan ribu warga sipil tewas dalam perang yang telah menghancurkan negara itu selama lebih dari 40 tahun.

Kurangnya dana, telah memukul badan amal, organisasi non-pemerintah dan warga Afghanistan biasa sejak gerakan garis keras Taliban mengambil kembali kendali negaranya.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta 15 Oktober 2021: Gegara Jessica Kabur, Irvan Gagal Bantu Al dan Terjadi

Selain itu, panti asuhan juga telah mencoba mengirim beberapa anak kembali ke kerabat yang relatif kaya.

Maya mengatakan bahwa beberapa stafnya harus mengurangi porsi makanan dan membatasi jenis makanan yang dimakan anak-anak.

"Sebelumnya kami memberi mereka buah dua kali seminggu dan daging dua kali seminggu," ujar Maya.

Baca Juga: Dawon dan Hwiyoung SF9 Positif Covid-19, Isolasi Mandiri dan Menghentikan Kegiatan untuk Sementara

"Tetapi kami memotong barang-barang itu menjadi hanya sekali seminggu atau mungkin tidak sebanyak itu," katanya.

Menghadapi krisis ekonomi saat musim dingin mendekat, para pejabat Taliban telah mendesak pemerintah Barat untuk melanjutkan bantuan donasi.

Dan meminta Amerika Serikat untuk mencabut blok lebih dari $9 miliar atau Rp126 triliun dari cadangan bank sentral Afghanistan yang disimpan di luar negeri.

Baca Juga: Sudah Pisah Rumah Setahun Lalu, DJ Una Diam-Diam Gugat Cerai Suami

Yang menambah masalah panti asuhan adalah batas mingguan $200 atau Rp2 juta untuk penarikan bank untuk menghindari kehabisan uang tunai, yang berarti akses ke dana tidak cukup untuk mendukung anak-anak dan staf.

Maya khawatir jika situasinya terus berlanjut, maka panti asuhan tidak akan bisa berfungsi lebih lama lagi.

Itu akan menghancurkan anak-anak, yang menerima pelajaran matematika, bahasa Inggris dan komputer serta pendidikan jasmani, belum lagi makanan dan tempat tinggal.***

Editor: Asytari Fauziah

Tags

Terkini

Terpopuler