Penyakit Misterius Tewaskan 89 Orang di Sudan Selatan, WHO Kirim Tim Penyelidik

15 Desember 2021, 08:48 WIB
Penyakit misterius muncul di tengah bencana banjir di Sudan Selatan dan telah menewaskan 89 orang. /REUTERS/Siegfried Modola

 

PR BEKASI – Sebanyak 89 orang di Sudan Selatan dilaporkan meninggal akibat terpapar sebuah penyakit misterius yang telah mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyelidikinya.

Penyakit misterius itu tampaknya membingungkan Kementerian Kesehatan Sudan Selatan, yang melaporkan bahwa penyakit itu telah menewaskan banyak orang di kota Fangak yang terletak di utara negara bagian Jonglei.

Menanggapi hal tersebut, perwakilan WHO, Sheila Baya, mengatakan pihaknya telah mengirim tim ilmuwan respon cepat ke daerah itu untuk menyelidiki dengan mengumpulkan sampel dari orang-orang yang terpapar penyakit misterius tersebut.

“Saat itulah mereka akan dapat mengumpulkan sampel dari orang yang sakit, tetapi untuk sementara angka yang kami dapatkan adalah ada 89 kematian,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Rabu, 15 Desember 2021.

Baca Juga: Massa Penentang Kudeta Kembali Turun ke Jalan, Sehari Setelah Militer Sudan Tewaskan Tujuh Pendemo

Wilayah di Sudan Selatan yang terkena dampak penyakit misterius tersebut, diketahui juga merupakan salah satu yang paling parah dilanda banjir besar baru-baru ini.

Sheila Baya juga mengatakan bahwa tim ilmuwan harus memasuki Fangak melalui helikopter karena hal ini.

Diketahui, pada hari ini tim ilmuwan WHO tersebut sedang menunggu transportasi untuk membawa mereka kembali ke ibu kota Sudan Selatan, Juba.

Menteri Perumahan dan Fasilitas Umum Sudan Selatan, Lam Tungwar Kueigwong mengatakan banjir parah telah meningkatkan penyebaran penyakit seperti malaria dan menyebabkan kekurangan gizi pada anak-anak akibat kekurangan makanan.

Baca Juga: Militer Sudan Lakukan Kudeta, Semua Pejabat Pemerintah Ditangkap

Dia menambahkan bahwa minyak dari ladang di wilayah tersebut telah mencemari air yang telah menyebabkan kematian hewan peliharaan juga.

Banjir di kawasan utara Sudan Selatan telah menghancurkan masyarakat di wilayah tersebut, memutus akses mereka ke pasokan makanan, dan komoditas penting lainnya.

Badan pengungsi PBB, UNHCR mengatakan bahwa lebih dari 700.000 orang telah terkena dampak banjir terburuk di negara itu selama hampir 60 tahun, yang diklaim disebabkan oleh perubahan iklim.

Badan amal internasional Médecins Sans Frontires (MSF), yang beroperasi di daerah itu, mengatakan kekacauan yang disebabkan oleh banjir sekarang meningkatkan tekanan pada fasilitas kesehatan.

Baca Juga: Sudan Kecewa usai Jalin Hubungan dengan Israel, Ternyata Ini Alasannya

“Kami sangat prihatin dengan malnutrisi, dengan tingkat malnutrisi akut yang parah dua kali lipat dari ambang batas WHO, dan jumlah anak yang dirawat di rumah sakit kami dengan malnutrisi parah berlipat ganda sejak awal banjir,” katanya.

Ini terjadi hampir satu dekade setelah Sudan Selatan pertama kali memperoleh kemerdekaan setelah perang brutal melawan Sudan.

Tetapi, kepala misi PBB yang akan keluar dari negara itu mengatakan pada bulan Maret bahwa Sudan Selatan sayangnya masih menghadapi ancaman konflik, dan belum terbantu oleh ancaman tambahan dari krisis iklim serta pandemi Covid-19.

Sebagian besar penduduknya bergantung pada bantuan pangan internasional, dan bahkan layanan paling dasar seperti kesehatan dan pendidikan disediakan oleh badan-badan PBB dan kelompok-kelompok bantuan.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler