Palestina Memanas, Demonstrasi di Berbagai Titik Desak Dua Negara Arab Batalkan Hubungan ke Israel

16 September 2020, 17:52 WIB
Warga Palestina di kota Ramallah, Tepi Barat memprotes kesepakatan normalisasi UEA-Israel pada Selasa, 15 September 2020. /Aljazeera

PR BEKASI - Ratusan warga Palestina melakukan aksi protes untuk mengecam perjanjian normalisasi Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Israel yang ditengahi oleh Amerika Serikat (AS) pada Selasa, 15 September 2020.

Kesepakatan normalisasi yang ditengahi oleh AS itu  ditandatangani pada Selasa 15 September 2020 di Gedung Putih. Dalam pertemuan tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan pejabat Bahrain dan UEA.

Dengan mencengkeram bendera Palestina dan mengenakan masker wajah untuk perlindungan terhadap Covid-19, para demonstran berunjuk rasa di kota Nablus dan Hebron, Tepi Barat, dan di Gaza. Puluhan orang juga ikut aksi demonstrasi di Ramallah, rumah Otoritas Palestina (PA).

Baca Juga: Doakan Keburukan untuk Murid di TikTok, Dua Orang Oknum Guru Tuai Kecaman Netizen

Spanduk yang dibawa oleh para demonstran bertuliskan "Pengkhianatan", "Tidak untuk Normalisasi dengan Penjajah", dan "Perjanjian yang Memalukan".

Salah seorang demonstran Palestina Emad Essa dari Gaza mengatakan kepada Al Jazeera, jika orang-orang berjalan melalui daerah garis pantai, mereka akan melihat ratusan pemuda gaza yang kehilangan kakinya.

"Anda akan melihat ratusan pemuda Gaza yang kehilangan kaki dan lumpuh seumur hidup hanya karena memprotes blokade Israel," kata Emad Essa, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Aljazeera.

"Di Tepi Barat dan Yerusalem, buldoser Israel terus menghancurkan rumah-rumah Palestina dan secara etnis membersihkan warga Palestina dari desa dan kota mereka setiap hari," kata Emad Essa melanjutkan.

Baca Juga: Fakta atau Hoaks: Benarkah Pelaku Penusukan Syekh Ali Jaber Adalah Simpatisan FPI?

Selain itu, Emad Essa juga menilai bahwa kesepakatan normalisasi tersebut adalah bentuk kejahatan dari Israel kepada Palestina.

"Itu hanyalah puncak dari kejahatan Israel terhadap Palestina. UEA dan Bahrain entah bagaimana memilih untuk memberi penghargaan kepada Israel atas kejahatan ini dengan membuat perjanjian dengannya. Yang dia hadapi adalah noda malu di dahi para pemimpin yang menjual masalah Palestina dengan harga yang sangat murah," ujar Emad Essa.

Dalam aksi protesnya, para demonstran menginjak-injak foto Netanyahu, Presiden AS Donald Trump, Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa, dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al Nahyan.

Setelah itu, foto para pemimpin negara tersebut dibakar oleh para demonstran.

Baca Juga: Pasien Covid-19 Rentan Terkena Happy Hypoxia, Dokter Paru-paru Ungkap Ciri-ciri dan Cara Atasinya

Selain protes dari ratusan warga Palestina, Presiden PA Mahmoud Abbas pun mengatakan bahwa hanya penarikan Israel dari wilayah pendudukan yang dapat membawa perdamaian di wilayah Timur Tengah.

"Perdamaian, keamanan, dan stabilitas tidak akan tercapai di kawasan itu sampai pendudukan Israel berakhir," kata Presiden PA, Mahmoud Abbas.

Komando Nasional Perlawanan Rakyat Bersatu Palestina juga menyerukan protes untuk menolak kesepakatan normalisasi.

Dalam sebuah pernyataan, mereka meminta hari Jumat untuk dianggap sebagai "hari berkabung" dengan pengibaran bendera hitam di semua alun-alun, gedung, dan rumah.

Aktivis di media sosial juga meluncurkan tagar "Hari Hitam" dalam bahasa Arab untuk menandai pengakuan resmi kedua negara Teluk itu atas Israel.

Baca Juga: Mendapat Kritikan dari Ahok, Pertamina Akhirnya Buka Suara dan Hargai Pendapat BTP

Sami Abu Zuhri, juru bicara Hamas, mengatakan perjanjian Bahrain dan UEA tidak akan membawa perdamaian bagi Palestina ataupun Israel.

"Masyarakat di wilayah itu akan terus menganggap pendudukan ini sebagai musuh sejati mereka," kata Sami Abu Zuhuri.

Aksi protes juga terjadi di Ramallah, ibu kota de facto PA, lebih dari 200 orang berkumpul di alun-alun.

Mohammad Mohanna, seorang pengunjuk rasa Palestina dari Hebron juga mengecam kesepakatan normalisasi tersebut.

"Kami menyerukan kepada UEA dan Bahrain untuk mundur dari perjanjian dengan Israel dan kembali untuk mendukung orang-orang Palestina dengan cara yang sama seperti yang kami selalu ketahui, dan kami meminta agar tidak ada negara Arab lain yang akan membuat kesepakatan dengan Israel," kata Mohammed Mohanna.

Baca Juga: Upayakan Vaksin Covid-19 dengan Harga Terjangkau, Pemerintah Indonesia Gandeng UNICEF

Demonstran Ibrahim Ouda mengatakan, rakyat Palestina bersatu melawan semua konspirasi yang dilakukan sejumlah pihak untuk merusak hak-hak warga Palestina.

"Jika Israel menginginkan perdamaian, maka satu-satunya cara perdamaian sejati di kawasan itu adalah dengan memberi kami kebebasan dan mengakhiri pendudukan di Palestina," kata Ibrahim Ouda.

Sementara itu, puluhan warga Bahrain turun ke jalan untuk memprotes kesepakatan yang ditandatangani Bahrain dengan Israel.

Setidaknya ada dua demonstrasi kecil di wilayah utara Bahrain dengan pengunjuk rasa meneriakkan slogan anti-Israel dan menginjak bendera Israel di tengah penjagaan polisi.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler