Salahkan Donald Trump, Pejabat Pemilu Arizona Dapat Ancaman Kekerasan Atas Hasil Pilpres AS 2020

19 November 2020, 11:15 WIB
Donald Trump. /Tia Dufour/

 

PR BEKASI - Pejabat utama pemilihan umum Arizona Katie Hobbs pada Rabu, 18 November 2020 kemarin mengatakan bahwa dirinya menghadapi peningkatan ancaman kekerasan.

Ia mengungkapkan bahwa hal tersebut terjadi karena hasil pemilihan presiden 3 November 2020 lalu.

Dalam kasus tersebut, Hobbs menyalahkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Baca Juga: Muslim Pro Diduga Jual Data Pengguna, Ridwan Kamil: Sementara Mari Pindah ke Aplikasi Lain Dulu

Karena menurutnya, Trump telah menyebarkan informasi salah untuk merongrong kepercayaan pada hasil pemilu itu.

Sebelumnya, berdasarkan Edison Reaserch, Joe Biden dari Demokrat mengalahkan Trump di Arizona hingga lebih dari 10.000 suara.

Kemenangan di negara bagian ini membuat Biden mengamankan 306 suara elektoral sementara Trump 232 suara elektoral.

Baca Juga: Baru Ngutang ke Australia, Ngutang Lagi ke Jerman, Fadli Zon Sebut Sri Mulyani Tukang Utang Keliling

Sementara, Trump melampiaskan kemarahannya di Twitter, membuat klaim meragukan atas kecurangan pemilu.

Selain itu, ikhtiarnya untuk memperkarakan hasil pemilu di pengadilan di seluruh negeri sejauh ini hampir seluruhnya gagal.

Diketahui bahwa jajak pendapat menunjukkan keluhannya tentang pemilu "curang" memiliki manfaat politik.

Baca Juga: Menang Lelang Popcorn Candy Rp50 Juta, Chef Arnold: Di Atas Langit Masih Ada Hotman Paris

Setengah dari anggota Partai Republik Trump memercayai keluhan-keluhan itu.

Hobbs, Sekretaris Negara Bagian Arizona, menyebutkan bhwa ancaman yang ditujukan kepada keluarga dan stafnya "benar-benar menjijikkan".

Namun, ia mengatakan, ancaman-ancaman itu tidak akan mencegahnya melakukan tugasnya, termasuk mengesahkan hasil pemilu negara bagian.

Baca Juga: Berpotensi Diperiksa Polisi Soal Acara Habib Rizieq, Ridwan Kamil: Saya Juga Sama Seperti Pak Anies

"Tapi ada orang-orang, termasuk presiden, para anggota Kongres dan pejabat terpilih lain, yang melanggengkan informasi salah dan mendorong orang lain tidak memercayai hasil pemilu dengan cara melanggar sumpah jabatan yang mereka ucapkan," kata Hobbs dalam pernyataannya, dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Kamis, 19 November 2020.

Ia juga mengungkapkan bahwa sudah saatnya pihak mereka untuk berhenti, karena ucapan dan tindakan mereka membawa dampak bagi rakyat.

"Sudah saatnya mereka berhenti. Kata-kata dan tindakan mereka membawa akibat," katanya.

Baca Juga: Fadli Zon Sebut Penanganan Covid-19 Sudah Inkonsistensi Sejak Awal: Mulai dari Para Pejabatnya

Dalam pernyataannya tersebut, ia tidak memberikan rincian tentang jenis ancaman yang dialaminya.

Diketahui, disemangati oleh klaim palsu Trump tentang kecurangan pemilu, ribuan pendukung Trump bergabung dalam demo di seluruh negeri, termasuk pada Sabtu, 14 November 2020 lalu di Washington.

Hal tersebut bertujuan untuk menentang kemenangan Biden dalam Pilpres AS 2020 kemarin.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler