Baca Juga: Menangis Saat Ditangkap, Iyut Bing Slamet Dipastikan Positif Gunakan Metamfetamin
Selanjutnya, langkah-langkah yang menyasar penganut radikalisme tersebut diklaim oleh Prancis sebagai upayanya untuk mempertahankan sekularisme lalu, mereka menyakini bahwa upaya separatis dari kelompok radikal, kian agresif beberapa bulan terakhir.
Klaim Prancis itu mengacu pada berbagai peristiwa teror yang terjadi mulai dari pembunuhan guru di Paris hingga pembantaian di Nice. Oleh karena itu, Prancis pun merasa harus lebih tegas lagi dalam menindak masalah radikalisme.
Namun, Emmanuel Macron, yang menjadi sasaran kritik Erdogan, menegaskan bahwa tidak ada Islamophobia dalam kebijakan tersebut.
Di sisi lain, lanjutnya, juga bukan merupakan penghapusan kebebasan berpendapat. Menurut Macron, justru dirinya tengah berupaya untuk menjaga kebebasan tersebut.
Baca Juga: Membaca Sambil Duduk Santai Nikmati Akhir Pekan Bisa Anda Coba, Rasakan 9 Manfaat yang Anda Tak Tahu
"Kami bukan Hungaria, bukan Turki. Saya tidak bisa menerima Prancis dikatakan mengurangi kebebasan. Prancis malah diserang karena memperjuangkan kebebasan berpendapat. Kami kesepian," katanya.
Sebelumnya, Emmanuel Macron juga dikritik oleh Erdogan dan sejumlah pihak umat Islam terkait dukungannya terhadap produksi kartun Nabi Muhammad yang dianggap telah menghina agama Islam, protes pun dilakukan dari unjuk rasa hingga pemboikotan produk asal Prancis di sejumlah negara yang mayoritas masyaraktnya beragama Islam.***