Kalah di Pilpres 2020, Ini yang Akan Dilakukan Donald Trump Setelah Tinggalkan Gedung Putih

- 16 Desember 2020, 07:50 WIB
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump /NY Times /NY Times

PR BEKASI - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikabarkan akan segera meninggalkan Gedung Putih setelah ia kalah di pemilihan Presiden (Pilpres) AS tahun ini.

Akan tetapi, Trump juga dikabarkan tidak akan menghilang begitu saja dengan masa pensiun yang tenang.

Setelah gagal dalam upaya hukum untuk membalikkan kekalahannya dalam pemilu 3 November 2020 lalu  dari Partai Demokrat, Joe Biden, yang pada Senin lalu memenangkan pemungutan suara Electoral College yang secara resmi menentukan kepresidenan AS, Trump akan kembali memasuki kehidupan pribadi pada 20 Januari 2021 mendatang dengan berbagai peluang.

Baca Juga: Rizki DA Gerah dengan Warganet yang Ikut Campur Urusan Rumah Tangganya: Adakah Kaitannya dengan Anda

Ada yang menyebutkan bahwa Trump akan maju lagi dalam Pilpres AS 2024, dan kabar lain tentang dirinya yakni, akan berkarir lagi di media. Tetapi apapun pilihannya, Trump dibayangi oleh potensi bahaya hukum dan tantangan bisnis.

Satu yang pasti, kehausan Trump akan  sorotan akan memastikan dia tidak mengikuti jejak presiden masa lalu seperti George W. Bush, yang diam-diam mulai melukis, atau Jimmy Carter dengan aktivisme globalnya.

Masa depan Trump, seperti kepresidenannya, kemungkinan besar akan keras dan lebih menantang.

Baca Juga: Edy Mulyadi Mangkir dari Panggilan Polisi, Habib Husin: Mestinya Dia Hadir untuk Kebaikan Bersama

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Rabu, 16 Desember 2020, dikabarkan bahwa Trump menghadapi berbagai tindakan hukum perdata dan pidana terkait bisnis keluarganya dan aktivitasnya sebelum dia menjabat, yang dapat dipercepat begitu dia kehilangan perlindungan hukum yang diberikan kepada Presiden AS.

Selanjutnya, pengembang real estat yang berubah menjadi bintang TV itu sedang mempertimbangkan banyak manuver untuk mempertahankan sorotan publik.

Trump juga akan membuat media baru setelah meninggalkan Gedung Putih yang akan ditempati oleh Joe Biden pada Januari tahun depan, kata penasihatnya.

Baca Juga: ILC Disetop, Rocky Gerung: Talkshow Politik Harusnya Dipelihara Negara, Ini Bagian Demokrasi

Mantan bintang serial realitas "The Apprentice" itu dikabarkan akan membuka saluran televisi atau perusahaan media sosial untuk bersaing dengan mereka yang dia klaim telah mengkhianatinya.

Sebuah saluran berita televisi akan membahas Fox News, sekutu dekat Trump yang telah memicu kemarahannya sejak pemilu karena kurang mendukung.

Para ajudan menggambarkan Trump sangat marah pada Fox News karena menyebut Joe Biden memenangkan negara bagian Arizona ketika hasilnya masih belum pasti.

Baca Juga: Sabar! Vaksin Sinovac Masih Tunggu Izin Sementara dari 2 Lembaga Sebelum Bisa Digunakan

Biden akhirnya memenangkan Arizona, tetapi sebagian besar jaringan lain tidak melakukan laporan serupa selama beberapa hari sesudahnya.

Trump dapat berkolaborasi dengan jaringan kabel konservatif yang sudah eksis sebelumnya, One America News Network atau Newsmax, yang keduanya sangat berfokus pada membangun citra positif Trump.

Trump juga telah berdiskusi dengan penasihat tentang rencana untuk memulai perusahaan media sosial untuk bersaing dengan Twitter Inc, yang telah berulang kali menandai peringatan konten di twit-nya yang membuat tuduhan tidak berdasar tentang kecurangan pemilu.

Baca Juga: 274 Wartawan Dipenjara Sepanjang 2020, CPJ: Rekor, Jumlah yang Mengerikan di Tengah Pandemi Covid-19

Tetapi Trump menghadapi tantangan keuangan yang signifikan, termasuk pukulan pada merek bisnisnya karena kepresidenannya yang terpolarisasi dan kepemilikan industri real estat, perjalanan, dan rekreasi dari pandemi virus corona.

Forbes memperkirakan pada September lalu bahwa kekayaan bersih Trump turun sekitar 600 juta dolar Amerika (Rp8.5 triliun) pada tahun sebelumnya, menjadi 2.5 miliar dolar Amerika (Rp 35.352 triliun). The New York Times melaporkan Trump secara pribadi telah berutang 421 juta dolar Amerika (Rp 5.9 triliun) dari utang perusahaannya.

Trump, yang menolak untuk mengakui kekalahannya dalam pemilu dan terus membuat klaim tak berdasar atas penipuan pemilu yang meluas, telah mengatakan kepada sekutunya bahwa dia sedang mempertimbangkan pencalonan presiden berikutnya.

Baca Juga: Fraksi PSI 'Diejek' Semua Anggota DPRD Jakarta, Tsamara Amany: Dimusuhi Satu Republik pun Kami Siap!

Dia bahkan mengatakan untuk tidak menghadiri pelantikan Joe Biden dan mengumumkan pencalonannya pada 2024 hari itu juga, sebuah langkah yang akan memungkinkan dia untuk melanjutkan kampanye yang dia lakukan pada tahun 2016 dan 2020.

Langkah Trump itu akan mempersulit tokoh Partai Republik lainnya yang mempertimbangkan untuk maju Pilpres AS 2024, termasuk Wakil Presiden Mike Pence, mantan Duta Besar PBB Nikki Haley dan Senator Marco Rubio dan Tom Cotton, yang harus mempertimbangkan apakah akan melawan Trump.

Sementara, Konstitusi AS memungkinkan presiden untuk dipilih dua kali dan persyaratannya tidak harus berturut-turut.

Baca Juga: Ratusan Massa Datangi Polres Metro Bekasi Minta Habib Rizieq Dibebaskan, Polisi Beri Penjagaan Ketat

Diketahui, Grover Cleveland adalah satu-satunya presiden AS yang menjabat selama dua periode tidak berturut-turut. Dia meninggalkan Gedung Putih pada tahun 1889 setelah dikalahkan untuk pemilihan ulang dan menang pada tahun 1893.

Trump telah membentuk komite aksi politik yang akan memungkinkannya mengumpulkan uang dan menggunakan pengaruh di partai setelah dia meninggalkan jabatannya, apakah dia menjadi kandidat atau tidak.

Keinginan Trump untuk mempertahankan pengaruh politiknya juga terbukti dalam dukungannya baru-baru ini terhadap sekutu dekatnya Ronna McDaniel untuk masa jabatan lain sebagai ketua Komite Nasional Republik (RNC).

Baca Juga: Resmi Dilaporkan ke Polisi, FPI Beri Ultimatum 3 Hari ke Haikal Hassan Minta Maaf ke Umat Islam

Anggota RNC akan memberikan suara pada akhir Januari tentang apakah akan mempertahankan McDaniel sebagai ketua dan akan membuktikan seberapa kuat pengaruh Trump dan seberapa ingin Partai Republik untuk tunduk sesuai keinginannya.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah