Ia mengatakan, pemerintah akan mempertimbangkan untuk memberikan kompensasi kepada peternak yang babinya dimusnahkan oleh JPVS, berdasarkan tarif yang akan ditentukan nanti.
Jeffrey mengatakan langkah-langkah pengendalian akan dikoordinasikan melalui komite manajemen bencana distrik dan diharapkan selesai dalam enam bulan.
"Tujuan utama kami adalah menghentikan penyebaran penyakit tersebut ke penternakan babi komersial di Tuaran, Kota Kinabalu, Papar, Sandakan dan Tawau," katanya.
Saat ini, penyakit ASF tidak mempengaruhi produksi daging babi untuk konsumsi di Sabah yang diperkirakan memiliki nilai ekonomis mencapai RM300 juta sekitar Rp1 miliar setahun.
"Kami memperhatikan keputusan pemerintah Sarawak untuk melarang daging babi dan produk dagingnya dari Sabah," katanya.
Baca Juga: Potensi Sampah ke Laut Lebihi Jakarta, Kapal asal Jerman Hadir Atasi Masalah di Bekasi
"Namun, kami yakin larangan tersebut tidak akan berdampak signifikan pada industri daging babi di Sabah," sambungnya.
Ia pun menegaskan kembali bahwa ASF, yaitu penyakit khusus pada babi, tidak berbahaya bagi manusia.
Sementara itu, Jeffrey mengatakan JPVS sedang melakukan Sensus Peternakan di seluruh negara bagian untuk mengumpulkan data lengkap tentang industri peternakan dan layanan veteriner untuk membantu merumuskan kebijakan, pengendalian penyakit, dan program lainnya.