“Situasinya bergejolak. WHO tetap prihatin dan menyerukan akses tanpa hambatan untuk pasokan dan staf penting yang terkait dengan kemanusiaan dan pembangunan ke Gaza dan rujukan pasien keluar dari Gaza kapanpun diperlukan,” kata Rik Peeperkorn dari WHO.
Sementara itu, kepala Komite Palang Merah Internasional (ICRC) meminta bantuan lebih dari 16 juta dolar atau setara dengan 200 miliar rupiah untuk membantu orang-orang di Gaza.
“Ketakutan, kecemasan, dan stres adalah kata-kata kunci yang saya dengar berulang kali hari ini,” kata Robert Mardini selaku kepala ICRC kepada Al Jazeera.
“Bahkan jika eskalasi lebih pendek dari situasi sebelumnya, akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali apa yang rusak hanya dalam 11 hari,” katanya.
“Kami perlu benar-benar meningkatkan dukungan kami untuk meningkatkan respons kemanusiaan di Jalur Gaza dalam jangka pendek,” ujarnya, menambahkan.
Sementara itu, direktur Gaza dari badan PBB yang menangani pengungsi Palestina telah dipanggil untuk berkonsultasi dengan pemimpinnya setelah sebelumnya membuat warga Palestina marah.
Hal itu dikarenakan komentar dari Matthias Schmale dalam sebuah wawancara dengan televisi N12 Israel pada 22 Mei lalu yang telah memicu protes warga Palestina.
Diketahui, pejabat Israel dan pejabat Hamas baru-baru ini mengadakan pembicaraan gencatan senjata permanen secara terpisah dengan pejabat Mesir.