Tak Masukkan Taiwan dan Laut Natuna Utara sebagai Wilayahnya dalam Peta, China Kecam Media AS

- 25 Juli 2021, 08:32 WIB
China mengecam tindakan raksasa media Amerika Serikat (AS), NBC karena tidak memasukan Taiwan dan Laut Natuna Utara pada peta sebagai bagian dari China dalam liputannya tentang upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020.
China mengecam tindakan raksasa media Amerika Serikat (AS), NBC karena tidak memasukan Taiwan dan Laut Natuna Utara pada peta sebagai bagian dari China dalam liputannya tentang upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020. /Twitter/@Olympics

PR BEKASI – China mengecam tindakan raksasa media Amerika Serikat (AS), NBC karena tidak mengakui Taiwan dan Laut Natuna Utara sebagai bagian dari China dalam liputannya tentang upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020.

Permasalahan tersebut diketahui menjadi titik ketegangan terbaru antara kedua negara adidaya ini.

Konsulat China di New York menuduh NBC telah menampilkan peta China yang tidak lengkap yang menyakiti martabat dan emosi rakyat China.

"Kami mendesak NBC untuk mengenali sifat serius dari masalah ini dan mengambil tindakan untuk memperbaiki kesalahan tersebut," kata pernyataan mereka, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Minggu, 25 Juli 2021.

Baca Juga: China Dituduh Buang Banyak Tinja Manusia ke Laut Natuna Utara hingga Terlihat dari Luar Angkasa

Surat kabar yang dioperasikan Partai Komunis China, The Global Times juga menggambarkan peta yang digunakan dalam liputan sebagai tidak lengkap dalam editorial yang diterbitkan pada hari Jumat, 23 Juli 2021.

Taiwan sendiri diketahui mengaku sebagai sebuah negara demokrasi yang telah merdeka dari China.

Negara pulau yang saat ini mempunyai populasi penduduk sekitar 24 juta orang tersebut telah memiliki pemerintahannya sendiri secara terpisah dari China selama lebih dari tujuh dekade.

Baca Juga: Rodrigo Duterte Siap Kerahkan Kapal Tempur untuk Usir China Dari Laut Natuna Utara

Akan tetapi, sampai saat ini China masih mengakui Taiwan sebagai wilayah miliknya dan tidak mengakui kedaulatannya sebagai sebuah negara merdeka.

Selain Taiwan, China juga mengakui Hong Kong, Makau, dan sebagian wilayah Laut Natuna Utara sebagai miliknya di bawah kebijakan “Satu China”

Namun, pernyataan China tersebut telah dibantah keras oleh AS dan sekutunya yang membuat hubungan kedua negara tambah memanas dalam beberapa tahun terakhir.

Pada era pemerintahan Donald Trump, AS memberi lampu hijau penjualan senjata bernilai miliaran dolar ke Taiwan untuk memperkuat pertahanan militernya dari China.

Baca Juga: Sempat Kejar-kejaran, Akhirnya Bakamla Berhasil Amankan Kapal Berbendera Vietnam di Laut Natuna Utara

Patroli militer AS di kawasan itu telah memberikan tekanan pada sikap yang semakin agresif oleh China.

Pada awal bulan ini, China mengatakan pihaknya mengejar kapal perang AS keluar dari perairan yang disengketakan.

Tentara Pembebasan Rakyat China telah melayangkan peringatan terhadap kapal perang USS Benfold dan mengusir mereka saat mengirim kapal dan pesawat untuk memasuki perairan di sekitar Kepulauan Paracel.

Baca Juga: Ditemukan Barang Bukti 25 Kg Ikan, Bakamla Amankan Kapal Asing Berbendera Vietnam di Laut Natuna

China mengklaim kepemilikan di bawah kebijakan "Satu China" yang menuntut hanya ada satu negara berdaulat dengan nama China.

Partai Komunis China sebelumnya mengancam akan mengambil paksa Taiwan jika upaya diplomatik tidak berhasil.

Pada April 2021 lalu, editorial The Global Times mengatakan AS akan kalah dalam konflik habis-habisan atas negara pulau itu.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x