PR BEKASI - Seorang pemimpin senior Taliban, Wahedullah Hashimi, mengatakan bahwa peran perempuan di Afghanistan, termasuk hak untuk bekerja, memperoleh pendidikan, dan cara berpakaian, akan diputuskan oleh dewan ulama Islam.
“Ulama kami akan memutuskan apakah anak perempuan diizinkan pergi ke sekolah atau tidak," kata Waheedullah Hashimi.
"Mereka akan memutuskan apakah mereka harus mengenakan jilbab, burqa, atau hanya kerudung plus abaya atau tidak. Itu terserah mereka,” kata Hashimi dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, Kamis, 19 Agustus 2021.
Pada hari Selasa, juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan pada konferensi pers di Kabul bahwa perempuan akan diizinkan untuk bekerja dan belajar dan "akan sangat aktif dalam masyarakat tetapi dalam kerangka Islam."
Selama pemerintahan 1996-2001 mereka, juga dipandu oleh hukum Islam, Taliban menghentikan perempuan dari bekerja. Anak perempuan tidak diperbolehkan pergi ke sekolah dan perempuan harus memakai burqa untuk pergi keluar, dan hanya jika ditemani oleh kerabat laki-laki.
Mereka yang melanggar aturan terkadang mengalami penghinaan dan pemukulan di depan umum oleh polisi agama Taliban.
Baca Juga: Partai Islam Malaysia Ucapkan Selamat kepada Taliban yang Berhasil Rebut Afghanistan
Para pemimpin Barat mengatakan mereka akan menilai Taliban baru dengan tindakan mereka, termasuk bagaimana mereka memperlakukan anak perempuan dan perempuan.
Anggota komisi budaya Taliban, Enamullah Samangani, juga sempat menyerukan perempuan di Afghanistan untuk bergabung dengan pemerintahan.
“Imarah Islam tidak ingin perempuan menjadi korban. Mereka harus berada dalam struktur pemerintah menurut hukum syariat,” ujarnya.
Baca Juga: Kelompok Taliban Bersenjata Kunjungi Rumah-rumah, Minta Warga Afghanistan Kembali Bekerja
Imarah Islam adalah nama yang digunakan Taliban untuk merujuk pada negara Afghanistan. Samangani mengungkapkan, struktur pemerintahan yang bakal diterapkan Taliban di Afghanistan belum sepenuhnya jelas.
“Namun berdasarkan pengalaman, harus ada kepemimpinan yang sepenuhnya Islami dan semua pihak harus bergabung,” katanya.
Hashimi menekankan, 99,9 persen penduduk Afghanistan adalah Muslim dan mereka percaya pada Islam.
"Ketika Anda percaya pada hukum, pasti Anda harus menerapkan hukum itu. Kami memiliki dewan, dewan ulama yang sangat terkemuka. Mereka akan memutuskan apa yang harus dilakukan,” ujarnya.
Meskipun gelombangnya di Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir, Hashimi mengatakan bahkan Taliban tidak menyangka akan memasuki Kabul secepat ini.
Namun kelompok Taliban mengatakan bahwa kekacauan terjadi di ibu kota setelah Presiden Ashraf Ghani meninggalkan Afghanistan.
"Oleh karena itu pimpinan kami memerintahkan Taliban kami ke kota Kabul. Tidak ada yang melawan. Tidak ada sama sekali. Jadi kami masuk dan semuanya dikosongkan. Jadi kami menduduki dan sekarang kami menguasai kota Kabul."