Pasokan Air Bersih Mulai Kritis, 4 Juta populasi Lebanon Terancam Alami Kekeringan Hebat

- 26 Agustus 2021, 14:34 WIB
Lebanon sedang berada di ambang kekeringan hebat setelah sistem pasokan air di negara tersebut dalam tahap kritis.
Lebanon sedang berada di ambang kekeringan hebat setelah sistem pasokan air di negara tersebut dalam tahap kritis. /Daily Star

PR BEKASI – Lebanon sedang berada di ambang kekeringan hebat setelah sistem pasokan air di negara tersebut dalam tahap kritis.

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh UNICEF pada Juli 2021 lalu memperingatkan bahwa sebagian besar pemompaan air secara bertahap akan berhenti di seluruh negeri dalam waktu empat hingga enam minggu karena jaringan listrik negara itu terputus-putus.

Pada 21 Agustus 2021 lalu, Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore mengatakan sebanyak 4 juta populasi Lebanon terancam mengalami kekeringan bila krisis air bersih tidak segera ditangani.

Baca Juga: Musim Kemarau, Kekeringan dan Kebakaran Hutan Hantui Jawa Barat

Kurangnya pasokan air bersih di Lebanon dikarenakan negara tersebut saat ini tengah menghadapi krisis ekonomi yang mengerikan serta diperparah oleh kekacauan politik.

Kekurangan dana, bahan bakar, dan pasokan listrik telah mempengaruhi sistem pasokan air yang kemudian membatasi akses masyarakat terhadap air bersih.

Ditambah lagi, negara ini juga menampung populasi pengungsi Suriah per kapita terbesar di dunia, menyediakan tempat berlindung bagi 1.7 juta orang.

Baca Juga: Puncak Musim Kemarau Bergeser Jadi September, Sejumlah Wilayah Akan Lebih Panas dan Kekeringan

“Terdapat setidaknya 40 persen populasi pengungsi Suriah, mereka kelompok paling rentan terhadap kekurangan air bersih di negara itu,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Kamis, 26 Agustus 2021.

Pada Juli 2021, PDAM Lebanon mengumumkan keadaan darurat kekeringan dan mulai menjatah pasokan air dari stasiun pompa dan sumur di berbagai wilayah Lebanon.

Pada hari yang sama, PDAM Lebanon juga mengumumkan gangguan air akibat pemadaman listrik di stasiun pompanya.

Baca Juga: BMKG Berikan Status Siaga Kekeringan pada Sejumlah Wilayah DIY

Setidaknya 70 persen penduduk Lebanon menghadapi kekurangan air kritis dengan banyak orang berisiko kehabisan air dalam beberapa hari mendatang, menurut UNICEF.

Diketahui, saat ini Lebanon sedang berjuang melawan krisis ekonomi yang telah menyebabkan lebih dari setengah penduduknya dalam kemiskinan.

Krisis keuangan telah menyebabkan kekurangan parah kebutuhan dasar termasuk makanan, pakaian, obat-obatan dan bahan bakar.

Baca Juga: BMKG Indikasikan Potensi Sejumlah Wilayah Akan Dilanda Kekeringan Meteorologis

Rata-rata, harga makanan saat ini sekitar sepuluh kali lipat lebih mahal dibandingkan tahun 2019.

Mata uang negara, pound Lebanon atau lira telah kehilangan lebih dari 90 persen nilainya dalam waktu kurang dari dua tahun.

Pada 2019, 1.000 pound Lebanon atau senilai Rp9.500 dapat membeli empat liter air kemasan, namun saat ini harga air minum kemasan 500 mililiter sangat mahal sampai mencapai delapan kali lipat.

Tanpa listrik untuk menggerakkan pompa air dan uang untuk pemeliharaan, sistem pasokan air publik bisa runtuh dan akan menyebabkan kekeringan hebat.

Baca Juga: Gangguan Air Bersih di Kota Bekasi Hari Ini Rabu, 25 Agustus 2021: Perumda Tirta Patriot Umumkan Penyebabnya

UNICEF memperkirakan bahwa biaya air dapat meningkat 200 persen per bulan ketika mengamankan air dari pemasok air alternatif atau swasta jika sistem publik runtuh.

Badan PBB mengatakan dibutuhkan 40 miliar dollar AS atau senilai Rp576 triliun per tahun untuk mengamankan tingkat minimum bahan bakar, klorin, suku cadang dan pemeliharaan yang diperlukan untuk menjaga sistem kritis operasional.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah