Indonesia, India, dan Filipina Gabung dalam Program Transisi Tenaga Batu Bara ke Energi Bersih

- 6 November 2021, 15:18 WIB
Indonesia, India, dan Filipina akan bergabung dengan Afrika Selatan dalam program transisi batu bara ke energi bersih.
Indonesia, India, dan Filipina akan bergabung dengan Afrika Selatan dalam program transisi batu bara ke energi bersih. /REUTERS/Willy Kurniawan

 

PR BEKASI - Indonesia, India, dan Filipina akan bergabung dalam program transisi batu bara ke energi bersih.

Ketiga negara tersebut akan bergabung dengan Afrika Selatan sebagai penerima pertama program percontohan bernilai miliaran dolar.

Program tersebut bertujuan untuk mempercepat transisi mereka dari tenaga batu bara ke energi bersih.

Keempat negara tersebut menyumbang 15 persen dari emisi global yang terkait dengan batu bara, bahan bakar fosil paling kotor.

Baca Juga: Media Asing Soroti Sri Mulyani, Minta Bantuan Dana Internasional untuk Pensiunkan Pembangkit Listrik Batu Bara

Pemotongan emisi mereka lebih cepat akan membantu upaya global untuk emisi nol karbon bersih pada 2050.

Termasuk salah satu tujuan utama dari KTT iklim COP 26 PBB yang sedang berlangsung di Glasgow, Skotlandia.

Menteri Energi Arifin Tasrif mengatakan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengurangi dan mengganti pembangkit listrik tenaga batu bara dengan energi terbarukan dalam transisi energi.

“Perubahan iklim merupakan tantangan global yang perlu disikapi semua pihak dengan memberi contoh,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Sabtu, 4 November 2021.

Baca Juga: Xi Jinping Janji Tak Akan Bangun Proyek Batu Bara, Soroti Perubahan Iklim dan Hubungan Internasional

CIF mengatakan bahwa program Percepatan Transisi Batubara (ACT) adalah yang pertama menargetkan negara-negara berkembang.

Yang kekurangan sumber daya memadai untuk membiayai peralihan dari batu bara.

Hal ini juga merupakan sebuah langkah yang dianggap penting untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius pada 2030.

Sementara Afrika Selatan mengatakan bahwa mereka akan menjadi penerima manfaat yang pertama.

Baca Juga: Tega! Kim Jong Un Paksa Anak-anak Yatim Piatu Jadi 'Sukarelawan' Tambang Batu Bara di Korea Utara

"Program baru ini telah didukung oleh negara-negara maju Kelompok Tujuh dan didukung oleh janji keuangan dari Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Kanada, dan Denmark," kata CIF.

Denmark mengatakan bahwa akan menyumbangkan 100 juta mahkota Denmark (Rp221 miliar) untuk upaya program tersebut.

Membeli dan menonaktifkan pembangkit listrik tenaga batu bara dan berinvestasi dalam sumber energi baru

"Kita harus memiliki rencana berkelanjutan untuk menonaktifkan pembangkit listrik tenaga batu bara," kata Jeppe Kofod.

Baca Juga: Bahaya Batu Bara Dihapus dari Limbah B3, KLHK: Keputusan Kami Bukan karena Dipaksa Orang

"Misalnya, kita perlu memastikan pekerjaan alternatif bagi penduduk lokal, termasuk program pelatihan ulang," kata Menteri Luar Negeri Denmark Jeppe Kofod.

Pembakaran batubara merupakan sumber tunggal terbesar dari peningkatan suhu global dengan enghadapi tantangan kompetitif dari sumber energi terbarukan.

Dengan jumlah pembangkit batubara yang tidak kompetitif diperkirakan akan tumbuh lebih dari dua pertiga secara global pada 2025.

Ini dinilai akan menjadi investasi dalam proyek-proyek, mulai dari memperkuat kapasitas domestik negara-negara untuk mengelola transisi energi hingga penggunaan kembali atau penonaktifan aset batubara.

Serta menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat yang bergantung pada batubara.

Proyek ini akan bekerja dengan enam bank pembangunan multilateral untuk menawarkan kepada negara-negara transisi batu bara perangkat keuangan komprehensif yang mencakup pinjaman berpenghasilan rendah dan bantuan teknis.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah