Sri Lanka Hadapi Krisis Ekonomi dan Kertas, Pemerintah Terpaksa Tunda Ujian Nasional

- 28 Maret 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi. Sri Lanka menghadapi krisis kertas dan ekonomi.
Ilustrasi. Sri Lanka menghadapi krisis kertas dan ekonomi. /Pixabay/ludi

Peiris mengatakan biaya satu rim kertas pada Oktober 2021 mencapai $38 atau sekitar Rp554.000, meningkat tiga kali lipat.

Rasika Jayakody, penulis yang berencana menerbitkan empat seri buku dengan penerbit K-book tahun ini mengatakan, masalahnya bukan hanya pada pengadaan kertas, karena kenaikan harga jelas akan membebani pembaca.

Baca Juga: Tips Olahraga Nyaman Saat Puasa Ramadhan 2022 dan Terhindar dari Rasa Haus

“Sebuah buku yang dulu berharga 450 rupee (sekitar Rp84.000) sekarang akan berharga 1.000 rupee (Rp187.000). Hanya saja tidak layak untuk melanjutkannya pada saat ini,” kata Jayakody.

Kekurangan dolar telah memicu kekurangan energi yang mempengaruhi semua sektor di seluruh negeri, dan menyebabkan meroketnya harga, dengan inflasi pada rekor 17,5 persen pada Februari 2022.

Sri Lanka membutuhkan hampir $7 miliar (sekitar Rp100 miliar) untuk membayar utang luar negerinya tahun ini.

Baca Juga: A Business Propsal Episode 9: Kang Tae Mu dan Shin Ha Ri Hadapi Situasi Mendebarkan Saat Kencan

Pejabat juga akan mencari lebih banyak pinjaman, termasuk dari China dan India, untuk mengatasi krisis mata uangnya.

Shamindra Ferdinando, editor berita The Island, salah satu judul utama yang menangguhkan edisi cetaknya, menggambarkan situasi saat ini sebagai kekacauan total.

“Pemerintah ingin menyalahkan pandemi dan invasi Rusia ke Ukraina, tapi bukan itu alasannya," kata Ferdinando.***

Halaman:

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: Arab News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah