Pakar Kesehatan AS Desak Negaranya Berhati-hati terhadap Vaksin Covid-19 Buatan Tiongkok dan Rusia

- 1 Agustus 2020, 21:00 WIB
Pakar Penyakit Virus Menular Amerika Serikat Anthony Fauci.
Pakar Penyakit Virus Menular Amerika Serikat Anthony Fauci. /AFP / Kevin Dietsch/AFP

PR BEKASI - Pakar kesehatan terkemuka Amerika Serikat (AS), Dr Anthony Fauci melontarkan kekhawatiran keselamatan soal keamanan vaksin virus Corona (COVID-19) yang tengah dikembangkan oleh Tiongkok dan Rusia.

Fauci kini mendorong otoritas AS untuk berhati-hati terhadap vaksin virus Corona produksi kedua negara tersebut.

Beberapa perusahaan Tiongkok diketahui berada di garis depan dalam kompetisi pengembangan vaksin virus Corona secara global.

Baca Juga: Kembali Memukau, Weird Genius Gandeng Yellow Claw dalam Lagu Terbaru 'Hush' 

Sementara Rusia pernah mengatakan bahwa mereka berharap untuk menjadi negara pertama di dunia yang berhasil memproduksi vaksin Corona untuk publik, dengan target September mendatang.

Namun, obat-obatan itu kemungkinan besar akan menghadapi pemeriksaan ketat mengingat bahwa sistem regulasi di kedua negara jauh lebih samar dibandingkan negara-negara Barat.

Seperti dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Channel News Asia (CNA) pada Sabtu, 1 Agustus 2020, kekhawatiran soal vaksin dari Tiongkok dan Rusia itu disampaikan Anthony Fauci dalam rapat dengar pendapat dengan Kongres AS pada Jumat, 31 Juli 2020 waktu setempat.

Dalam rapat itu, Fauci ditanya apakah AS bisa menggunakan vaksin Tiongkok atau Rusia jika kedua negara itu berhasil memproduksinya terlebih dulu. Anthony Fauci mengindikasikan hal itu tidak mungkin dilakukan.

Baca Juga: Meski Vaksin sedang Dikembangkan, WHO: Dunia Tetap Harus Belajar Hidup Bersama Virus Corona 

"Saya berharap agar Tiongkok dan Rusia benar-benar menguji vaksin sebelum mereka menyuntikkan vaksinnya kepada siapa pun," ucap Anthony Fauci.

"Klaim-klaim soal vaksin yang siap didistribusikan sebelum Anda melakukan uji coba, saya pikir, itu sangat bermasalah," katanya menambahkan.

"Kita bergerak dengan sangat cepat. Saya tidak yakin bahwa akan ada vaksin, sejauh ini di depan kita sehingga kita akan bergantung pada negara-negara lain untuk mendapatkan vaksin bagi kita," ucapnya.

Bulan lalu, media Tiongkok mengumumkan bahwa vaksin virus Corona yang dikembangkan oleh CanSino Biologics disuntikan terhadap personel militer Tiongkok.

Baca Juga: Tolak Gunakan Masker Saat Kampanye, Loyalis Donald Trump Tewas Usai Dinyatakan Positif Covid-19 

Hal ini menurutnya menjadikannya sebagai vaksin pertama yang disetujui untuk disuntikan ke manusia meskipun pada kalangan terbatas.

Namun banyak ilmuwan dan pakar kesehatan yang mengkritik soal kekhawatiran etika mengingat vaksin itu belum menjalani uji coba klinis tahap akhir.

Dua perusahaan Tiongkok lainnya, Sinovac dan Sinopharm, telah meluncurkan uji coba klinis tahap ketiga di Brasil dan Uni Emirat Arab (UAE) secara terpisah.

Uji coba dilakukan di luar negeri karena Tiongkok telah mengendalikan sebagian besar virus Corona di wilayahnya sehingga membutuhkan negara yang masih berjuang menghadapi pandemi Corona.

Baca Juga: Rodrigo Duterte Kembali Beri Saran Nyeleneh, Minum Bensin Beberapa Tetes Cegah Covid-19 

Sementara itu, Rusia yang diketahui terdepan dalam produksi vaksin global pada era Soviet, juga bertekad menyediakan dua vaksin Corona ke pasaran pada September dan Oktober mendatang.

Vaksin pertama dikembangkan oleh Institut Gamaleya dan Kementerian Pertahanan Rusia, sedangkan vaksin kedua dikembangkan oleh laboratorium negara Vektor yang berlokasi di dekat Novosibirsk, Siberia.

Rusia sejauh ini belum merilis data ilmiah untuk membuktikan keamanan maupun efektivitas vaksin mereka.

Tiga kandidat vaksin lainnya, yang merupakan produksi negara Barat dalam uji coba tahap akhir.

Baca Juga: Makhluk Aneh Berbau Tak Sedap Muncul di Pantai Liverpool, Sebagian Penduduk Yakin Itu Alien 

Satu vaksin diproduksi oleh perusahaan bioteknologi AS, Moderna dan Institut Kesehatan Nasional, satu vaksin lainnya diproduksi oleh Universitas Oxford dan perusahaan Inggris, AstraZeneca dan satu vaksin lagi diproduksi oleh perusahaan Jerman, BioNTech bersama raksasa farmasi AS, Pfizer.

Tiongkok dan Rusia sama-sama dituduh berusaha mencuri penelitian virus corona Barat - tuduhan yang mereka sangkal.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x